SEKELOMPOK Muslimah di Amerika Serikat menutup sekujur tubuhnya dengan jubah hitam. Padahal, di balik jubah tersebut tersimpan tubuh indah berbusana modis.
Setiap sore di tempat yang sama kulihat sekelompok ibu berkumpul membentuk lingkaran di taman family housing, Universitas Colorado, Amerika Serikat (AS). Semua berbusana tertutup dan serba hitam. Sebagian dari mereka malah mengenakan cadar.
Aku yang melewati kelompok itu setiap sore sepulang kuliah hanya dapat mengira-ngira, apa yang menjadi topik perbincangan mereka? Sepertinya seru dan hangat, karena aku dapat mendengar sayup-sayup senda gurau dan tawa tertahan dari mereka.
Sungguh, aku menjadi penasaran, seperti apa wajah-wajah di balik cadar serba hitam itu? Sejauh ini aku hanya bisa membayangkannya saja. Rasa penasaranku sepertinya tak akan pernah terjawab. Sebab, aku tampaknya tak berani bergabung dengan mereka.
Namun, siapa sangka suatu hari aku berkenalan dengan Iman, wanita asal Brazil yang menikah dengan seorang pria Timur Tengah. Dari persahabatan lintas budaya inilah aku menemukan jalan untuk mengenal kelompok ibu yang membangkitkan rasa penasaran itu.
Iman, seperti halnya kebanyakan wanita Brazil, memiliki rupa yang cantik. Setidaknya itulah penilaianku kepadanya. Bentuk wajahnya eksotis khas Amerika Latin.
Katanya, sebelum menikah dengan Ibrahim, penampilannya sangat modis di depan umum. Dia biasa mengenakan pakaian setengah terbuka ala Barat. Ketika hatinya direbut oleh pria Timur Tengah itu, semua menjadi berubah. Dengan senang hati dia meninggalkan semua itu, menggantinya dengan busana berjubah serba tertutup, layaknya seorang wanita Timur Tengah, lengkap dengan gamis dan cadar hitam. Wajah cantiknya terbenam seketika.
Kami berdua sering bertemu. Kadang hanya minum teh bersama, atau sekadar berbagi resep kue dan roti. Pertemuan-pertemuan tersebut selalu mengasyikkan, karena penuh dengan cerita-cerita baru tentang orang-orang dengan latar belakang budaya yang sangat berbeda.
Aku sempat melihat-lihat foto Iman ketika masih gadis di Brazil. Betapa kagum aku menyaksikan ia yang kini telah bermetamorfosis. Dia mampu berubah menjadi istri-Muslimah yang baik dan patuh pada suami. Dia telah mulai lancar berbahasa Arab dan sudah piawai menyiapkan hidangan khas Timur Tengah.
Suatu hari aku memberanikan diri bertanya pada Iman mengenai sekelompok ibu berjubah hitam yang berbaju persis sama dengan dirinya. Iman langsung menanggapinya dengan mengundangku untuk menghadiri pertemuan dengan ibu-ibu itu, yang ternyata sudah terjadwal dengan rapi.
Aku menanti saat itu dengan penuh semangat. Kukenakan bajuku yang tersopan dan berjalan bersama Iman yang berjubah hitam, lengkap dengan cadarnya. Karena cuaca yang kurang menguntungkan, kali ini pertemuan diadakan di dalam ruangan. Kami sampai di apartemen salah seorang ibu yang hari itu menjadi tuan rumah.
Setelah mengintip dari balik pintu dan memastikan tidak ada pria di daerah sekitar situ, pintu terbuka dan kami dipersilakan masuk. Di balik pintu telah tersedia tempat menggantungkan baju-baju. Ya, baju-baju jubah itu ternyata dibuka dan digantung di tempat yang tersedia. Dan, aku terpana melihat wanita-wanita cantik berseliweran di dalam ruangan itu.
Ternyata, meski di depan umum tubuhnya tertutup rapat, namun sesungguhnya di balik itu mereka tetap tampil modis, bahkan terkesan seksi. Mukanya yang tadinya tertutup cadar rapat, kini terlihat jelas. Mata berbinar besar, tulang pipi tinggi, hidung bangir. Sempurna. Subhanallah!
Mereka tengah ramai dalam sebuah permainan kelompok. Kuperhatikan dandanan mereka yang menarik dan diam-diam merasa malu dengan keadaan diriku sendiri. Iman memperkenalkanku dengan ibu-ibu itu. Ternyata mereka berasal dari berbagai negara.
Ada Muslimah dari Jerman, ada yang asli Amerika namun menikah dengan pria Arab, ada yang dari Mesir, dan lain-lain. Memang budaya mereka beragam latar belakangnya, namun yang jelas satu kesamaan: semuanya Muslimah dan berbaju sebagaimana layaknya seorang Muslimah.
Terpesona aku menikmati pertemuanku dengan saudara-saudaraku itu. Di dalam hatiku bertanya-tanya, betapa cantik dan indahnya baju-baju yang mereka kenakan. Semua tersembunyi di balik jubah hitam yang mereka pakai setiap hari.
Sempat tebersit dalam hati, alangkah sayangnya semua keindahan itu karena tak terlihat. Padahal biasanya wanita akan berusaha keras tampil semenarik mungkin di hadapan orang.
Seperti bisa membaca pikiranku, salah seorang di antara mereka menjelaskan, “Kami berusaha menampilkan diri yang sebaik-baiknya hanya untuk suami. Kami berpakaian dan berdandan yang terbaik hanya untuknya, bukan untuk pandangan mata pria yang bukan muhrim kami. Haram hukumnya memperlihatkan aurat pada pria yang bukan muhrim.”
Aku terpana. “Ha, berarti semua kerepotan berdandan dan berpakaian hanya untuk memuaskan sepasang mata saja ya?” seruku spontan.
“Tentu saja,” jawabnya lagi. “Bukan sembarang mata yang ingin kami puaskan, melainkan pandangan mata junjungan kami, satu-satunya pandangan mata yang kami hargai setelah kami dipersuntingnya.”
Aku semakin terheran-heran.
Seketika aku ingat daster favoritku yang sudah berlobang di ujungnya dan selalu kukenakan setiap berada di rumah. Daster itu begitu nyaman dan sejuk untuk dipakai. Sering sekali kupakai untuk tidur malam.
Aku malu sekali mengingat-ingat, mengapa aku tak berusaha untuk tampil sebaik-baiknya di dalam rumah, di depan suami? Justru aku hanya terbiasa memakai baju terbaik ketika hendak berangkat bekerja, padahal suamiku tak akan ada di sana.
Sungguh para ibu mulia ini menyadarkan kekhilafanku selama ini. Untuk siapa seharusnya aku berdandan dan menata diri? Seharusnya, tentu hanya untuk suami pilihan yang telah menjadi pasangan hidup dan telah berikrar untuk mengarungi bahtera kehidupan ini besama-sama.
Pada saat pulang berjalan bersama Iman, kulirik penampilannya yang kini telah berubah 180 derajat dari saat berada di dalam ruang pertemuan tadi. Kini, dari atas sampai bawah, yang terlihat hanya jubah hitamnya yang longgar dan panjang.
Aku teringat foto-foto modisnya di pantai saat dirinya masih lajang. Luar biasa perubahannya. Aku terkagum dan berucap padanya, “Iman, luar biasa pengorbananmu. Betapa berubahnya dirimu setelah menikah dengan Ibrahim.”
Iman menjawab dengan suara terdengan heran, “Pengorbanan? Wah, aku tidak pernah merasa berkorban atau dikorbankan. Aku berusaha memenuhi aturan sebagai seorang Muslimah yang taat. Dan sejujurnya aku merasa senang bisa membuat Ibrahim bahagia, sebab bagaimana pun setelah menikah, dialah satu-satunya junjunganku. He is all that matters to me now.”
Hatiku limbung dan teriris-iris. Banyak pelajaran berharga yang kuperoleh hari ini. Begitu banyak hidayah yang bisa kudapat setelah mengenal berbagai ragam manusia. Banyak sudut pandang baru yang menyentakku dari sudut pandang stereotipeku selama ini.
Terima kasih ya Allah, Kau telah mempertemukanku dengan orang-orang yang begitu menarik. Mereka memberi inspirasi untuk melihat kehidupan dengan sudut pandang yang lebih indah.*
Amelia Naim adalah penulis buku, ibu rumah tangga, pernah tinggal di Colorado, AS. Diambil dari Majalah Suara Hidayatullah
sumber: http://hidayatullah.com/read/18132/22/07/2011/paras-elok-di-balik-cadar.html
~Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa hati itu ibarat cermin. Bila hati itu bersih, laksana sebuah cermin yang jernih yang bisa memantulkan bayangan diri yang sebenarnya. Cermin yang jernih akan secara jujur memperlihatkan kecantikan dan kekurangan di dalam penampilan seseorang. Setiap perilaku yang baik akan terlihat baik..., sedangkan perilaku yang buruk akan jelas terpampang di dalam cermin hati.~
Showing posts with label Muslimah. Show all posts
Showing posts with label Muslimah. Show all posts
Sep 14, 2011
Dec 28, 2010
Tips Suami-Istri Harmonis: Ungkapkanlah Penghargaan Setiap Saat

Apakah berat mengucapkan satu kata "terimakasih", untuk suami yang telah dengan sepenuh hati memberikan pertolongan kepada kita? Apakah susah mengucapkan kata "tolong", setiap kali kita menitipkan tugas atau amanah kepada beliau? dan apakah sulit mengucapkan "maaf", saat kita melakukan kesalahan yang mungkin tidak berkenan di hati suami?
Tidak ada salahnya kita membesarkan nilai suami yang telah banyak mengikhlaskan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk kita, dengan mengucapkan "terimakasih", dan menyerahkan hitungan pahalanya kepada yang maha terakurat dalam perhitungan.
Tidak ada salahnya kita mendamaikan hati suami yang tetap bersabar di tengah kekhilafan yang kita lakukan, dan menebusnya dengan kata "maaf".
Tidak ada salahnya kita menghaturkan kata "tolong" dengan kerendahan hati untuk meminta suami melakukan sesuatu dan akhirnya beliau pun menjadi perantara kita atas keberuntungan.
Kata "terimakasih, maaf, dan tolong" adalah kata-kata kecil yang sederhana dengan efek luar biasa untuk dimengerti setiap pribadi yang mengerti. Dan bukankah sebenarnya secara tidak langsung, arti dari kata- kata tersebut adalah telah menunjukkan keberadaban dan kebesaran jiwa sosok manusia yang mengucapkannya. Apalagi diucapkan oleh seorang istri kepada suaminya.
....masalah yang terjadi karena kurangnya penghargaan, hanya bisa diatasi dengan sebuah penghargaan....
Waktu akan selalu menyaring setiap pribadi yang dengan bisa dengan bijaksana memanfaatkannya. Jangan sampai bentakan kehidupan datang, karena kebandelan kita atas minimnya usaha untuk sebuah penghargaan kepada suami. Dan tentu saja, ibarat panen, tidak akan ada ungkapan lain untuk semua itu selain penyesalan. Penyesalan adalah kata yang sangat tepat untuk dikatakan di saat sesuatu yang sangat menghargai kita telah pergi, hanya karena kurangnya penghargaan dari diri kita sendiri.
Dan, masalah yang terjadi karena kurangnya penghargaan, hanya bisa diatasi dengan sebuah penghargaan. Nilai penghargaan seorang suami atas istri adalah sebesar penghargaan kita terhadap setiap usaha yang telah dilakukannya. [syahidah]
Sumber: http://www.voa-islam.com/muslimah/artikel/2010/12/21/12401/tips-suamiistri-harmonis-ungkapkanlah-penghargaan-setiap-saat/
Nov 20, 2010
Keluarga Sakinah: 17 Jurus Membahagiakan Suami

Salah satu kunci keluarga sakinah adalah adanya cinta dan kasih sayang suami dan istri yang dibangun di atas spirit saling membahagiakan.
Di bawah ini adalah 17 tips bagi istri agar bisa membahagiakan suami. Tips ini merupakan ringkasan dari buku How to Make Your Husband Happy, karya Syaikh Muhammad Abdul Halim Hamid.
1. Sambutan yang manis
* Sekembalinya suami dari bekerja, dinas luar kota, bepergian, atau kemana pun dia pergi, sambutlah dia dengan baik.
* Temui dia dengan wajah riang gembira.
* Bersolek dan pakailah wewangian.
* Kabarilah dia dengan kabar-kabar baik yang menggembirakan. Tahan diri Anda untuk menyampaikan berita-berita buruk, setidaknya sampai dia telah beristirahat dengan cukup.
* Berusaha keraslah untuk menyajikan makanan-makanan bermutu, dan sajikanlah selalu tepat waktu.
2. Percantiklah dirimu dan rendahkan suaramu
* Usahakan agar Anda selalu tampil cantik dan merendahkan suara di hadapannya. Lakukanlah hal itu hanya untuk suami Anda, dan jangan menampakkan kecantikan Anda di hadapan laki-laki yang bukan mahram (laki-laki yang layak untuk engkau nikahi jika engkau belum menikah).
3. Senantiasa tampil mewangi dan selalu cantik
* Rawatlah dengan baik tubuh dan kebugaran jasmani Anda.
* Kenakanlah pakaian-pakaian yang menarik dan pakailah parfum yang aromanya disukai suami Anda.
* Mandilah secara teratur. Apabila telah bersih dari haid, bersihkanlah setiap berkas darah atau bau tak sedap.
* Gunakanlah jenis parfum, warna-warna, dan pakaian yang disenangi suami Anda.
* Ubahlah gaya rambut, parfum, dan lainnya dari waktu ke waktu untuk menghindari kejenuhan.
* Bagaimanapun, semua hal di atas harus dilakukan dengan tidak berlebih-lebihan, dan tentu saja, jangan melakukannya di hadapan laki-laki dan wanita yang bukan mahram.
...semua hal di atas harus dilakukan dengan tidak berlebih-lebihan, dan tentu saja, jangan melakukannya di hadapan laki-laki dan wanita yang bukan mahram...
4. Ketika melakukan hubungan intim.
* Bergegaslah untuk melakoni hubungan intim ketika suami Anda merasa sangat berhasrat untuk melakukannya.
* Jagalah kebersihan tubuh dan senantiasa tampil harum semaksimal mungkin. Pun demikian, jangan lupa untuk membersihkan setiap cairan yang keluar selama berhubungan intim.
* Lontarkan ungkapan-ungkapan cinta yang mesra kepada suami Anda.
* Biarkan suami Anda untuk memuaskan gairahnya.
* Pilihkan waktu yang sesuai dan kesempatan yang baik untuk memuaskan suami. Beri dia stimulus untuk berhubungan intim sepulangnya dia dari perjalanan jauh yang memakan waktu lama.
5. Merasa puas dengan apa yang telah Allah berikan melalui suami.
* Anda jangan pernah merasa depresi hanya karena suami Anda miskin atau memiliki pekerjaan dan karir yang biasa-biasa saja. Selama Anda dan suami dekat Allah –Sang Pemberi rezeki—, maka Dia pun akan menggelontorkan rezeki dan karunianya.
* Anda mesti melihat orang-orang sekeliling yang miskin, sakit, cacat, dan lainnya. Lantas bandingkan dengan semua yang telah Allah karuniai kepada Anda dan keluarga.
* Ingatlah selalu bahwa kekayaan sejati terletak pada tingginya keimanan dan keshalihan. Dua hal itu merupakan investasi terbaik untuk menjalani kehidupan yang kekal kelak.
...jangan pernah merasa depresi hanya karena suami Anda miskin atau memiliki pekerjaan yang biasa-biasa saja. Selama Anda dan suami dekat Allah Sang Pemberi rezeki, maka Dia pun akan menggelontorkan rezeki dan karunianya...
6. Jangan pusing dengan hal-hal keduniaan.
* Jangan menjadikan hal-hal duniawi sebagai harapan dan minat Anda.
* Anda tak perlu banyak memohon kepada suami Anda hal-hal yang tidak penting.
* Kendati demikian, hidup zuhud bukan berarti tidak boleh menikmati hal-hal yang baik dan dibolehkan (baca: dihalalkan) syariat Islam. Namun pastinya, Anda harus memprioritaskan kehidupan akhirat kelak, dan memanfaatkan semua sarana dan faktor-faktor yang dapat memberikan keuntungan di surga.
* Doronglah suami Anda untuk meminimalkan pengeluaran untuk hal-hal tidak penting, dan doronglah dia untuk menabung agar bisa memberi sedekah dan zakat kepada orang-orang miskin dan mereka yang membutuhkan.
7. Bersyukur dan memberikan apresiasi.
* Berdasarkan sabda Rasulullah SAW, mayoritas penghuni neraka adalah wanita, dikarenakan mereka tidak bersyukur.
* Hasil dari rasa bersyukur adalah suami Anda akan lebih mencintai Anda, dan dia akan berupaya keras untuk membahagiakan Anda dengan beragam cara.
* Sementara dampak dari tidak bersyukur adalah suami Anda akan kecewa, lantas mulai bertanya, “Mengapa saya harus berbuat baik kepada istri saya, sementara dia tidak pernah bersyukur dan hormat?!”
8. Kesetiaan dan ketaatan.
* Bersikap setia terutama ketika suami didera musibah yang menimpa raga atau pekerjaannya, semisal kecelakaan atau kebangkrutan.
* Dukunglah suami Anda dengan apa pun yang Anda miliki (baik materi ataupun non-materi).
...Bersikap setia terutama ketika suami didera musibah yang menimpa raga atau pekerjaannya, semisal kecelakaan atau kebangkrutan...
9. Memenuhi permintaan suami.
* Penuhilah permintaan suami dan taatilah semua permintaan-permintaannya, jika memang tidak menyelisihi Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.
* Dalam Islam, suami adalah pemimpin keluarga, dan istri adalah penyokong dan konsultan baginya.
10. Jika suami marah, buatlah dirinya merasa lega.
Hindari dan jauhi hal-hal yang bisa membuat marahnya berkepanjangan. Namun jika ternyata marahnya berkepanjangan, dan Anda tidak bisa ‘menjinakkannya’, maka cobalah untuk menenangkannya dengan langkah-langkah berikut:
* Jika Anda bersalah dan melakukan kekeliruan, maka mintalah maaf kepadanya.
* Namun jika dia yang melakukan kesalahan, maka Anda harus tetap bersikap tenang, jangan mengkritiknya dengan pedas, mendebat, menentang, atau bahkan berteriak. Tunggulah sampai kemarahannya mereda, lalu diskusikan segala sesuatunya secara damai.
* Kemudian jika dia marah dikarenakan faktor-faktor eksternal, maka ada baiknya Anda diam, sampai kemarahannya sirna. Lalu tanyakan kepadanya apa yang membuatnya marah; apakah kelelahan, problem di kantor, ada orang yang menghinanya, dan lain sebagainya. Dan jangan banyak bertanya, namun fokus pada apa-apa yang membuatnya marah. Anda bisa bertanya kepadanya, “Kamu harus memberitahu kepadaku apa yang terjadi?”, “Aku harus tahu apa yang membuatmu marah?”, atau “Kamu membunyikan sesuatu, dan aku punya hak untuk tahu apa itu”.
11. Menjaga diri ketika suami tidak ada.
* Jagalah diri Anda dari segala hubungan yang diharamkan.
* Jaga setiap rahasia-rahasia keluarga, terutama yang berkenaan dengan hubungan suami-istri.
* Menjaga rumah dan merawat anak-anak.
* Menjaga uang dan segala harta bendanya.
* Jangan sekali-kali keluar rumah tanpa izin suami, dan tanpa mengenakan hijab (jilbab) yang rapih.
* Tolak kehadiran orang-orang yang tidak disenangi suami, jangan biarkan mereka masuk ke dalam rumah ketika suami tidak ada.
* Jangan biarkan laki-laki non-mahran berduaan dengan Anda di mana pun.
...Tolak kehadiran orang-orang yang tidak disenangi suami, jangan biarkan mereka masuk ke dalam rumah ketika suami tidak ada...
12. Tunjukkan rasa hormat kepada keluarga dan teman-temannya.
* Anda harus menyambut dan bersikap baik kerabat dan teman-teman suami Anda, terutama kedua orangtuanya.
* Sebisa mungkin Anda harus menghindari masalah dengan para kerabatnya.
* Anda harus menghindari memojokkan suami Anda ke posisi di mana dia harus memilih antara ibu dan istrinya secara dilematis.
* Tunjukkan keramahtamahan Anda kepada tamu-tamunya, dengan cara menyiapkan tempat yang menyenangkan kepada mereka untuk duduk, menyajikan makanan yang paling baik, menyambut istri-istri mereka, dan lain sebagainya.
* Dorong suami Anda agar secara rutin bersilaturahim ke kerabat keluarganya, dan agar mereka mengunjungi rumah Anda.
* Telponlah orangtua suami Anda, kakak-kakak dan adik-adiknya; kirimi mereka surat, beri mereka hadiah, bantu mereka ketika terkena musibah, dan lainnya.
13. Kecemburuan yang terpuji.
* Kecemburuan merupakan indikasi cinta dan sayangnya seorang istri kepada suaminya, namun tetap harus dalam batas-batas koridor ajaran Islam. Dalam artian, Anda boleh saja cemburu, tapi jangan sampai kecemburuan Anda dibarengi dengan caci-maki atau ghibah kepada orang lain.
* Jangan mengikuti atau menciptakan keraguan-keraguan tidak mendasar di dalam diri Anda terkait suami Anda.
...Kecemburuan merupakan indikasi cinta dan sayangnya seorang istri kepada suaminya, namun tetap harus dalam batas-batas koridor ajaran Islam...
14. Kesabaran dan dukungan emosional.
* Bersabarlah ketika Anda dan suami menghadapi kemiskinan dan keadaan-keadaan yang menegangkan.
* Bersabarlah ketika musibah atau malapetaka menimpa Anda, suami, anak-anak, kerabat, atau harta benda Anda, baik musibah penyakit, kecelakaan, kematian, dan lain-lain.
* Bersabarlah ketika suami Anda menerima tantangan dan rintangan dalam berdakwah (seperti diintimidasi, disiksa, dipenjara, atau bahkan dibunuh). Dukung dan kuatkan selalu suami Anda agar senantiasa berada di atas rel ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan selalu ingatkan dia akan surga yang dijanjikan Allah bagi orang-orang bertauhid lurus.
* Jika suami Anda memperlakukan Anda secara tidak baik, maka bersabarlah dan balaslah perlakuan buruknya dengan perlakuan baik.
15. Mendukung suami untuk taat kepada Allah, berdakwah, dan berjihad fi sabilillah.
* Bekerjasamalah dengan suami Anda dan ingatkan dia untuk melaksanakan berbagai ibadah wajib dan sunnah.
* Dorong suami Anda agar melaksanakan shalat tahajud.
* Ajak dia untuk rutin membaca Al-Qur’an dan memahami makna serta tafsirnya.
* Ajak suami Anda untuk mendengarkan ceramah-ceramah keislaman.
* Ingatlah selalu Allah.
* Pelajarilah hukum-hukum dan ajaran Islam untuk muslimah.
* Dukunglah aktivitas suami dengan memberinya berbagai opini bijak, dan redakanlah rasa sakitnya.
* Luangkanlah waktu Anda untuk melakukan dakwah bersama suami.
* Beri motivasi suami Anda untuk pergi berjihad, jika memang diharuskan dan kondisi memungkinkan. Ingatkan dia bahwa ketika dia berjihad, maka Anda dan anak-anak akan dijaga oleh Allah.
...Beri motivasi suami Anda untuk pergi berjihad, jika memang diharuskan dan kondisi memungkinkan. Ingatkan dia bahwa ketika dia berjihad, maka Anda dan anak-anak akan dijaga oleh Allah...
16. Merawat rumah dengan baik.
* Upayakan agar rumah selalu bersih dan tertata dengan baik.
* Ubahlah tata letak barang-barang di rumah Anda dari waktu ke waktu untuk menghindari kebosanan.
* Pelajari semua skill pemeliharaan rumah.
* Pelajari bagaimana merawat anak-anak secara baik berdasarkan ajaran Islam.
17. Mengatur keuangan keluarga.
* Jangan membelanjakan uang suami Anda, bahkan untuk berderma sekalipun, tanpa meminta izin darinya.
* Rawatlah rumah, kendaraan, dan barang-barang pribadi suami, ketika dia tidak ada di rumah.
* Upayakan agar anak-anak senantiasa ada dalam kondis bersih, rapih, terawat, berpendidikan, berakhlak baik, dan lain sebagainya. Ajarkan kepada mereka prinsip-prinsip Islam yang luhur; ceritakan juga kisah-kisah para nabi, sahabat Rasul, serta orang-orang shaleh terdahulu. [ganna pryadha/voa-islam.com]
Oct 11, 2010
Ada yang Memperhatikan Kita

Seluruh penumpang di dalam bus merasa simpati melihat seorang wanita muda dg tongkatnya meraba-raba menaiki tangga bus. Dg tangannya yg lain dia meraba posisi di mana sopir berada, dan membayar ongkos bus. Lalu berjalan ke dalam bus mencari-cari bangku yg kosong dg tangannya. Setelah yakin bangku yg dirabanya kosong, dia duduk. Meletakkan tasnya di atas pangkuan, dan satu tangannya masih memegang tongkat.
Satu tahun sudah, Yasmin, wanita muda itu, mengalami buta. Suatu kecelakaan telah berlaku atasnya, dan menghilangkan penglihatannya untuk selama-lamanya. Dunia tiba-tiba saja menjadi gelap dan segala harapan dan cita-cita menjadi sirna. Dia adalah wanita yg penuh dg ambisi menaklukan dunia, aktif di segala perkumpulan, baik di sekolah, rumah maupun di linkungannya.
Tiba-tiba saja semuanya sirna, begitu kecelakaan itu dialaminya. Kegelapan, frustrasi, dan rendah diri tiba-tiba saja menyelimuti jiwanya. Hilang sudah masa depan yg selama ini dicita-citakan. Merasa tak berguna dan tak ada seorangpun yg sanggup menolongnya selalu membisiki hatinya. "Bagaimana ini bisa terjadi padaku?" dia menangis. Hatinya protes, diliputi kemarahan dan putus asa. Tapi, tak peduli sebanyak apa pun dia mengeluh dan menangis, sebanyak apa pun dia protes, sebanyak apapun dia berdo'a dan memohon, dia harus tahu, penglihatannya tak akan kembali.
Di antara frustrasi, depresi dan putus asa, dia masih beruntung, karena mempunyai suami yg begitu penyayang dan setia, Burhan. Burhan adalah seorang prajurit TNI biasa yg bekerja sebagai security di sebuah perusahaan. Dia mencintai Yasmin dg seluruh hatinya. Ketika mengetahui Yasmin kehilangan penglihatan, rasa cintanya tidak berkurang. Justru perhatiannya makin bertambah, ketika dilihatnya Yasmin tenggelam ke dalam jurang keputus-asaan. Burhan ingin menolong mengembalikan rasa percaray diri Yasmin, seperti ketika Yasmin belum menjadi buta. Burhan tahu, ini adalah perjuangan yg tidak gampang. Butuh extra waktu dan kesabaran yg tidak sedikit.
Karena buta, Yasmin tidak bisa terus bekerja di perusahaannya. Dia berhenti dg terhormat. Burhan mendorongnya supaya belajar huruf Braile. Dg harapan, suatu saat bisa berguna untuk masa depan. Tapi bagaimana Yasmin bisa belajar? Sedangkan untuk pergi ke mana-mana saja selalu diantar Burhan? Dunia ini begitu gelap. Tak ada kesempatan sedikitpun untuk bisa melihat jalan.
Dulu, sebelum menjadi buta, dia memang biasa naik bus ke tempat kerja dan ke mana saja sendirian. Tapi kini, ketika buta, apa sanggup dia naik bus sendirian? Berjalan sendirian? Pulang-pergi sendirian? Siapa yg akan melindunginya ketika sendirian? Begitulah yg berkecamuk di dalam hati Yasmin yg putus asa.
Tapi Burhan membimbing jiwa Yasmin yg sedang frustasi dg sabar. Dia merelakan drinya untuk mengantar Yasmin ke sekolah, di mana Yasmin musti belajar huruf Braile. Dg sabar Burhan menuntun Yasmin menaiki bus kota menuju sekolah yg dituju. Dg susah payah dan tertatih-tatih Yasmin melangkah bersama tongkatnya. Sementara Burhan berada di sampingnya. Selesai mengantar Yasmin dia menuju tempat dinas. Begitulah, selama berhari-hari dan berminggu-minggu Burhan mengantar dan menjemput Yasmin. Lengkap dg seragam dinas security.
Tapi lama-kelamaan Burhan sadar, tak mungkin selamanya Yasmin harus diantar; pulang dan pergi. Bagaimanapun juga Yasmin harus bisa mandiri, tak mungkin selamanya mengandalkan dirinya. Sebab dia juga punya pekerjaan yg harus dijalaninya. Dg hati-hati dia mengutarakan maksudnya, supaya Yasmin tak tersinggung dan merasa dibuang. Sebab Yasmin, bagaimanapun juga masih terpukul dg musibah yg dialaminya. Seperti yg diramalkan Burhan, Yasmin histeris mendengar itu.Dia merasa dirinya kini benar-benar telah tercampakkan. "Saya buta, tak bisa melihat!" teriak Yasmin. "Bagaimana saya bisa tahu saya ada di mana? Kamu telah benar-benar meninggalkan saya."
Burhan hancur hatinya mendengar itu. Tapi dia sadar apa yg musti dilakukan. Mau tak mau Yasmin musti terima. Musti mau menjadi wanita yg mandiri. Burhan tak melepas begitu saja Yasmin. Setiap pagi, dia mengantar Yasmin menuju halte bus. Dan setelah dua minggu, Yasmin akhirnya bisa berangkat sendiri ke halte. Berjalan dg tongkatnya. Burhan menasehatinya agar mengandalkan indera pendengarannya, di manapun dia berada. Setelah dirasanya yakin bahwa Yasmin bisa pergi sendiri, dg tenang Burhan pergi ke tempat dinas.
Sementara Yasmin merasa bersyukur bahwa selama ini dia mempunyai suami yg begitu setia dan sabar membimbingnya. Memang tak mungkin bagi Burhan untuk terus selalu menemani setiap saat ke manapun dia pergi. Tak mungkin juga selalu diantar ke tempatnya belajar, sebab Burhan juga punya pekerjaan yg harus dilakoni.
Dan dia adalah wanita yg dulu, sebelum buta, tak pernah menyerah pada tantangan dan wanita yg tak bisa diam saja. Kini dia harus menjadi Yasmin yg dulu, yg tegar dan menyukai tantangan dan suka bekerja dan belajar.
Hari-hari pun berlalu. Dan sudah beberapa minggu Yasmin menjalani rutinitasnya belajar, dg mengendarai bus kota sendirian. Suatu hari, ketika dia hendak turun dari bus, sopir bus berkata, "saya sungguh iri padamu". Yasmin tidak yakin, kalau sopir itu bicara padanya. "Anda bicara pada saya?"
" Ya", jawab sopir bus. "Saya benar-benar iri padamu". Yasmin kebingungan, heran dan tak habis berpikir, bagaimana bisa di dunia ini, seorang buta, wanita buta, yg berjalan terseok-seok dg tongkatnya hanya sekedar mencari keberanian mengisi sisa hidupnya, membuat orang lain merasa iri?
"Apa maksud anda?" Yasmin bertanya penuh keheranan pada sopir itu. "Kamu tahu," jawab sopir bus, "Setiap pagi, sejak beberapa minggu ini, seorang lelaki muda dg seragam militer selalu berdiri di sebrang jalan. Dia memperhatikanmu dg harap-harap cemas ketika kamu menuruni tangga bus. Dan ketika kamu menyebrang jalan, dia perhatikan langkahmu dan bibirnya tersenyum puas begitu kamu telah melewati jalan itu. Begitu kamu masuk gedung sekolahmu, dia meniupkan ciumannya padamu, memberimu salut, dan pergi dari situ. Kamu sungguh wanita beruntung, ada yg memperhatikan dan melindungimu".
Air mata bahagia mengalir di pipi Yasmin. Walaupun dia tidak melihat orang tsb, dia yakin dan merasakan kehadiran Burhan di sana. Dia merasa begitu beruntung, sangat beruntung, bahwa Burhan telah memberinya sesuatu yg lebih berharga dari penglihatan. Sebuah pemberian yg tak perlu untuk dilihat; kasih sayang yg membawa cahaya, ketika dia berada dalam kegelapan.
---------------------------
Kita ibarat orang buta
Yg diperintahkan bekerja
dan berusaha
Kita adalah orang buta
Yg diberi semangat untuk terus hidup
dan bekerja
Kita tak bisa melihat Tuhan
dan malaikat
Tapi Dia terus membimbing
Dia memompa semangat kita
Cemas dan khawatir dg langkah kita
Dan tersenyum puas
Melihat kita berhasil melewati ujian-NYA
Penulis: Anika
Oct 7, 2010
Kisah Fathimah Az zahra r.a & Sayyidina Ali

Cinta adalah hal fitrah yang tentu saja dimiliki oleh setiap orang,namun bagaimanakah membingkai perasaan tersebut agar bukan Cinta yang mengendalikan Diri kita. Tetapi Diri kita yang mengendalikan Cinta
Mungkin cukup sulit menemukan teladan dalam hal tersebutdisekitar kita saat ini
Walaupun bukan tidak ada.. barangkali, kita saja yang tidak mengetahui saking rapatnya dikendalikan
Tapi,
kebanyakan justru yang tampak ke permukaan adalah yang justru seharusnya tidak kita contoh
Kekurangan teladan?
Mungkin..
Dan inilah fragmen dari Khalifah ke-4, Suami dari Putri kesayangan Rasulullahtentang membingkai perasaan dan
Bertanggung jawab akan perasaan tersebut
“Bukan janj-janji”
Kisah ini diambil dari buku Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A.Fillah
chapter aslinya berjudul “Mencintai sejantan ‘Ali”
Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah.
Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya.
Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya.
Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta.
Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta.
Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.
Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercayatak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya!
Maka gadis cilik itu bangkit.
Gagah ia berjalan menuju Ka’bah.
Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam.
Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali.
Mengagumkan!
‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta.
Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan.
Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi.
Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah.
Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.
”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali.
Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr.
Kedudukan di sisi Nabi?
Abu Bakr lebih utama,
mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali,
namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi.
Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah
sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya...
Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah.
Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab..
Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali.
Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud..
Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali?Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insyaallah lebih bisa membahagiakan Fathimah.
’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin.
”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.
”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”
Cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan.
Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.
Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.
Lamaran Abu Bakr ditolak.
Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri.
Ah, ujian itu rupanya belum berakhir.
Setelah Abu Bakr mundur,
datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa,seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka,
seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut.
’Umar ibn Al Khaththab.
Ya, Al Faruq,
sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah.
’Umar memang masuk Islam belakangan,
sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr.
Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya?
Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman?
Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin?
Dan lebih dari itu,
’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata,
”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..”
Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah.Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya.
’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam.
Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam.
Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir.
Menanti dan bersembunyi.
’Umar telah berangkat sebelumnya.
Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah.
”Wahai Quraisy”, katanya.
”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah.
Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!”
’Umar adalah lelaki pemberani.
’Ali, sekali lagi sadar.
Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah.
Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak.
’Umar jauh lebih layak.
Dan ’Ali ridha..
Cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Ia mengambil kesempatan..
Itulah keberanian.
Atau mempersilakan.Yang ini pengorbanan.
Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak.
Lamaran ’Umar juga ditolak.
Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi?
Yang seperti ’Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah?
Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’ kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah?
Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.
Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka.
Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka?
Sa’d ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu?
Atau Sa’d ibn ’Ubadah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?
”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan.
”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..”
”Aku?”, tanyanya tak yakin.
”Ya. Engkau wahai saudaraku!”
”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”
”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”
’Ali pun menghadap Sang Nabi.Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah.
Ya, menikahi.
Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya.
Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya.
Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap?
Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap?
Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.
”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan.
Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya.
Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya.
Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.
Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!”
Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.
Dan ia pun bingung.
Apa maksudnya?
Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan.
Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab.
Mungkin tidak sekarang.
Tapi ia siap ditolak.
Itu resiko.
Dan kejelasan jauh lebih riDan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab.
Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan.
Ah, itu menyakitkan.
”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”
”Entahlah..”
”Apa maksudmu?”
”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”
”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka,
”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua!
Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya!”
Dan ’Ali pun menikahi Fathimah.
Dengan menggadaikan baju besinya.
Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya.
Itu hutang.
Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah..
Dengan keberanian untuk menikah.
Sekarang.
Bukan janji-janji dan nanti-nanti.
’Ali adalah gentleman sejati.
Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel,
“Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!”
Inilah jalan cinta para pejuang.
Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab.
Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Seperti ’Ali.
Ia mempersilakan
Atau mengambil kesempatan.
Yang pertama adalah pengorbanan.
Yang kedua adalah keberanian.
Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi,
dalam suatu riwayat dikisahkan
bahwa suatu hari (setelah mereka menikah)
Fathimah berkata kepada ‘Ali,
“Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda”
‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu”
Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”
Kisah ini disampaikan disini,bukan untuk membuat kita menjadi mendayu-dayu atau romantis-romantis-an
Kisah ini disampaikan
agar kita bisa belajar lebih jauh dari ‘Ali dan Fathimah
bahwa ternyata keduanya telah memiliki perasaan yang sama semenjak mereka belum menikah tetapi dengan rapat keduanya menjaga perasaan itu
Perasaan yang insyaAllah akan indah ketika waktunya tiba..
Sumber: http://m.cybermq.com
Oct 2, 2010
Cinta Sepanjang Masa (Kisah Khadijah r.a.)

Ia adalah wanita yang terus hidup dalam hati suaminya sampaipun ia telah meninggal dunia. Tahun-tahun yang terus berganti tidak dapat mengikis kecintaan sang suami padanya. Panjangnya masa tidak dapat menghapus kenangan bersamanya di hati sang suami. Bahkan sang suami terus mengenangnya dan bertutur tentang andilnya dalam ujian, kesulitan dan musibah yang dihadapi. Sang suami terus mencintainya dengan kecintaan yang mendatangkan rasa cemburu dari istri yang lain, yang dinikahi sepeninggalnya. (Mazin bin Abdul Karim Al Farih dalam kitabnya Al Usratu bilaa Masyaakil)
Suatu hari istri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain (yakni ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha) berkata, “Aku tidak pernah cemburu kepada seorang pun dari istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti cemburuku pada Khadijah, padahal aku tidak pernah melihatnya, akan tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menyebutnya.” (HR. Bukhari)
Ya, dialah Khadijah bintu Khuwailid bin Asad bin ‘Abdul ‘Uzza bin Qushai. Dialah wanita yang pertama kali dinikahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bersamanya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membina rumah tangga harmonis yang terbimbing dengan wahyu di Makkah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menikah dengan wanita lain sehingga dia meninggal dunia.
Saat menikah, Khadijah radhiyallahu ‘anha berusia 40 tahun sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berusia 25 tahun. Saat itu ia merupakan wanita yang paling terpandang, cantik dan sekaligus kaya. Ia menikah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tak lain karena mulianya sifat beliau, karena tingginya kecerdasan dan indahnya kejujuran beliau. Padahal saat itu sudah banyak para pemuka dan pemimpin kaum yang hendak menikahinya.
Ia adalah wanita terbaik sepanjang masa. Ia selalu memberi semangat dan keleluasaan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mencari kebenaran. Ia sendiri yang menyiapkan bekal untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau menyendiri dan beribadah di gua Hira’. Seorang pun tidak akan lupa perkataannya yang masyhur yang menjadikan Nabi merasakan tenang setelah terguncang dan merasa bahagia setelah bersedih hati ketika turun wahyu pada kali yang pertama, “Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Karena sungguh engkau suka menyambung silaturahmi, menanggung kebutuhan orang yang lemah, menutup kebutuhan orang yang tidak punya, menjamu dan memuliakan tamu dan engkau menolong setiap upaya menegakkan kebenaran.” (HR. Muttafaqun ‘alaih) (Mazin bin Abdul Karim Al Farih dalam kitabnya Al Usratu bilaa Masyaakil)
Pun, saat suaminya menerima wahyu yang kedua berisi perintah untuk mulai berjuang mendakwahkan agama Allah dan mengajak pada tauhid, ia adalah wanita pertama yang percaya bahwa suaminya adalah utusan Allah dan kemudian menyatakan keislamannya tanpa ragu-ragu dan bimbang sedikit pun juga.
Khadijah termasuk salah satu nikmat yang Allah anugerahkan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia mendampingi beliau selama seperempat abad, menyayangi beliau di kala resah, melindungi beliau pada saat-saat yang kritis, menolong beliau dalam menyebarkan risalah, mendampingi beliau dalam menjalankan jihad yang berat, juga rela menyerahkan diri dan hartanya pada beliau. (Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury di dalam Sirah Nabawiyah)
Suatu kali ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah beliau menyebut-nyebut Khadijah, “Seakan-akan di dunia ini tidak ada wanita lain selain Khadijah?!” Maka beliau berkata kepada ‘Aisyah, “Khadijah itu begini dan begini.” (HR. Bukhari)
Dalam riwayat Ahmad pada Musnad-nya disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “begini dan begini” adalah sabda beliau, “Ia beriman kepadaku ketika semua orang kufur, ia membenarkan aku ketika semua orang mendustakanku, ia melapangkan aku dengan hartanya ketika semua orang mengharamkan (menghalangi) aku dan Allah memberiku rezeki berupa anak darinya.” (Mazin bin Abdul Karim Al Farih dalam kitabnya Al Usratu bilaa Masyaakil)
Karenanya saudariku muslimah, jika engkau ingin hidup dalam hati suamimu maka sertailah dia dalam mencintai dan menegakkan agama Allah, sertailah dia dalam suka dan dukanya. Jadilah engkau seperti Khadijah hingga engkau kelak mendapatkan apa yang ia dapatkan. Sebagaimana yang diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, Jibril mendatangi nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, inilah Khadijah yang datang sambil membawa bejana yang di dalamnya ada lauk atau makanan atau minuman. Jika dia datang, sampaikan salam kepadanya dari Rabb-nya, dan sampaikan kabar kepadanya tentang sebuah rumah di surga, yang di dalamnya tidak ada suara hiruk pikuk dan keletihan.”
Saudariku muslimah, maukah engkau menjadi Khadijah yang berikutnya?
Maraji:
1.Rumah Tangga tanpa Problema (terjemahan dari Al Usratu bilaa Masyaakil) karya Mazin bin Abdul Karim Al Farih
2.Sirah Nabawiyah (terj) karya Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury
3.Al Quran dan Terjemahnya
***
Penyusun: Ummu Abdirrahman
Muroja’ah: ustadz Abu Salman
Sep 28, 2010
Muliakanlah Ibumu

Untuk yang kesekian kalinya hari ini seorang Ibu tua melintas di depan saya di sebuah supermarket besar di kota ini. Seorang Ibu yang berumur 70an berbelanja seorang diri dan menggunakan mobility scooter sebagai alat bantunya berjalan. Ketika ibu itu hendak membayar belanjaannya di kasir dia mengeluarkan sebuah kartu. Si kasirpun memintanya menekan nomor pin kartu tersebut, sayangnya nomor pin yang dipencet salah sehingga dia harus mengulanginya lagi dan wajah si ibu tua itu terlihat bingung ketika nomor pin yang dia tekan salah lagi. Sekilas saya melihat si kasir tidak sabar melayani ibu tua ini dan ibu tua ini terlihat bingung sendiri.
Kejadian di atas bukan kejadian yang pertama kali saya lihat, dimana orang tua yang sudah lanjut usia wara-wiri di jalan dengan mobility scooternya dan pemandangan itu sudah menjadi pemandangan yang umum di sini. Ada rasa miris dan kasihan di hati melihat pemandangan itu. Anak manakah yang tega membiarkan orang tuanya ke luar rumah sendiri? Pergi dan belanja seorang diri? Apakah memang seperti ini budaya di sini ataukah ada alasan lain? Pertanyaan itu selalu menari dalam pikiran saya.
Di lain waktu ketika sedang break perkuliahan, saya menemukan pandangan dari sisi lain tentang seorang ibu. Dosen saya yang berasal dari New Zealand menceritakan tentang ibunya. Dosen saya mengatakan dia sangat ingin memelihara ibunya yang sudah tua dan memintanya tinggal bersama dia, Namun ibu dari dosen saya menolak dengan alasan ingin lebih mandiri, bebas dan tidak ingin mengganggu kehidupan anaknya. Akhirnya, ibu dosen saya memutuskan untuk tinggal di nursing home.
Jika seorang ibu memang tidak mau tinggal dengan anak-anaknya maka si anak terlepas dari tindakan menyia-nyiakan orang tuanya dengan kondisi: si anak tetap menjenguk ibunya di nursing home dan tetap memenuhi kewajibannya secara moril dan materil karena sesungguhnya berbakti kepada kedua orang tua adalah kewajiban seorang anak. Sebagaimana firman Allah swt:
“Dan Rabbmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah kamu membentak keduanya. Dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang mulia, dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih saying dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, sayangilah mereka keduanya sebagaimana keduanya telah menyayangi aku waktu kecil.” (QS. Al-Isra’: 23-24)
Dari ayat di atas dijelaskan bahwa berbakti kepada kedua orang tua menduduki peringkat kedua setelah mentauhidkan (meng-Esakan) Allah swt. Khususnya berbakti kepada ibu yang telah mengandung kita selama kurang lebih sembilan bulan serta membesarkan kita dengan penuh perjuangan. Maka, pantaskah kiranya jika seorang anak menelantarkan ibunya seorang diri?
Jika diingat lagi masa-masa seorang anak dilahirkan ke bumi ini maka akan terucaplah sebuah do’a yang tulus dari kedua orang tua agar si anak menjadi anak yang sholeh dan sholehah. Serta sebuah do’a dan harapan yang juga diberikan oleh sanak saudara dan kerabat yang menginginkan kita menjadi anak kebanggaan orang tua, tunas harapan orang tua di masa tua dan membahagiakan mereka di hari tua. Sebagaimana Allah swt berfirman:
"Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun; (dengan yang demikian) bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu bapamu; dan (ingatlah), kepada Akulah jua tempat kembali (untuk menerima balasan)" (QS. Luqman:14)
Dengan demikian, jika ingin mendapatkan surga Allah swt dan jika ingin mendapatkan kebajikan maka harus mendahulukan ama-amal yang paling utama di antaranya birrul walidain (berbakti kepada orang tua). Dan jika orang tua kita sudah meninggal dunia, maka do’akan lah mereka karena do’a anak yang sholeh dan sholehah akan menjadi jembatan bagi orang tua menuju surga Allah swt, sebagaimana Rasulullah saw bersabda, “Apabila seorang anak Adam meninggal maka terputuslah amalnya kecuali karena tiga hal,(yaitu) Shadaqah jariyah, Ilmu yang bermanfaat, dan Anak saleh yang mendoakannya.” (HR.Muslim)
Note:
Dalam hal ini yanti belum berhasil mengambil foto seorang Ibu/Orang tua lansia yang memakai moblity scooter karena orang-orang di sini sangat sensitif jika di foto. Jika mereka tau kita mengambil foto mereka tanpa ijin, bisa-bisa kita dimarahi/dikenai protes. Namun ynt menemukan sebuah foto di internet, seorang Ibu tua dengan mobility scooternya yang mirip dengan yang umumnya ynt lihat di sini, jadi setidaknya teman-teman yang membaca bisa tau gambarannya seperti apa.

Sep 22, 2010
Teruntuk Sahabatku

Sungguh ku tak tau harus dari mana aku memulai
Namun kubiarkan jari ini menari dengan manis di atas keyboard sederhanaku
Mengungkapkan rasa, tanda tanya dan kebingungan yang ada
Sahabat,
Kehadiranmu begitu indah
Kehadiranmu membuat hari-hariku semakin berwarna
Ibarat pelangi yang menghiasi sudut kota di sore hari
Dan mewarnai langit biru yang semakin memerah
Sungguh,
Hari-hari itu
Cerita-cerita itu
Dan diskusi-diskusi itu
adalah moment-moment yang sangat berkesan
Dimana kita saling berbagi ilmu tentangNya
dan tentang kaidah-kaidah kehidupan dariNya
Namun,
Entah kenapa diskusi-diskusi itu
dan cerita-cerita itu tidak lagi membahana
Ibarat suara yang hilang ditelan keriuhan kota
Dan suasana yang tidak sehangat semula
Sahabat,
Ketika dirimu tak lagi menyapa
Ketika dirimu tak lagi ada
Dan ketika gelak tawamu tak lagi mengisi ruang jiwa
Ada beribu tanda tanya yang ada
Tapi entah kenapa
Tanda tanya itu tak berani berkata
Berbicara dan mengungkapkannya dengan kata-kata
Hanya diam
dan senyum kepahaman yang mencoba tumbuh dalam dada
Jika memang seperti ini adanya
Diri ini tak akan banyak lagi meminta
Diri ini tak akan banyak lagi berbicara
Namun sepetik do'a akan selalu ada
Agar engkau baik-baik saja
Dan selalu dalam lindunganNya
Amiiin
Dandenong-Melbourne, 22 September 2010
Sep 18, 2010
Jalan Terdekat Menuju Surga

Bismillahirrahmanirrahim
Surga…negeri indah yang jauh di mata, tapi setiap jiwa mengharapkannya. Ada yang berusaha sungguh-sungguh, ada pula yang jatuh bangun untuk mendapatkannya. Tapi…adapula yang putus asa, sehingga membiarkan dirinya tenggelam dalam kubangan dosa. Mengapa? Karena, ia merasa jalan ke surga itu sulit, melelahkan serta banyak rintangan.
Sungguh, wahai kawan yang hampir putus asa, atau telah berputus asa, dan kawan-kawan yang tak ingin berputus asa, telah ku dapati percakapan penuh nasehat dalam tulisan yang singkat, tentang jalan paling mudah dan dekat menuju surga…
Inilah percakapan yang ku maksud…
Si Fulan bertanya pada temannya,
“Wahai saudaraku tercinta! Apakah engkau menginginkan surga?”
Temannya menjawab,
“Siapakah dari kita yang tidak ingin masuk surga? Siapa di antara kita yang tak ingin mendapatkan kenikmatan yang kekal abadi? Dan siapakah di antara kita yang tak ingin merasakan kesenangan yang kekal, serta kelezatan-kelezatan yang terus menerus, yang tak kan lenyap dan tak pula terputus?”
Si Fulan berkata,
“Kalau begitu…maka mengapa engkau tak beramal shalih yang dapat menyampaikanmu ke surga?”
Temannya menjawab,
“Sesungguhnya jalan ke surga itu sulit, panjang, penuh rintangan dan duri. Sedangkan diriku ini lemah, tak dapat aku bersabar atas kesulitan dan kesusahan yang terdapat di jalan itu.”
Si Fulan berkata,
“Saudaraku…jika engkau merasa tidak dapat bersabar dalam mentaati perintah-perintah Allah, serta bersabar untuk menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat selama di dunia, lalu bagaimana engkau akan bersabar jika nanti di akhirat engkau menjadi penghuni neraka Jahannam?! semoga Allah melindungi aku darinya.”
Temannya menjawab,
“Inilah yang mempengaruhiku dan menjadikanku bimbang dalam urusanku. Akan tetapi, aku tidak mengetahui apa yang harus kulakukan dan dari mana aku harus memulainya…. Dan sungguh aku telah terlanjur terjerumus ke jalan maksiat dan hal-hal yg diharamkan.”
Si Fulan berkata,
“Aku akan menunjukkan padamu jalan pintas yang akan menyampaikanmu ke surga. Dan jalan ini adalah jalan yang mudah, tidak ada kesulitan maupun usaha yang berat di dalamnya.”
Temannya berkata,
“Tunjukkan padaku jalan itu, semoga Allah merahmatimu. Sungguh aku selalu ingin memngetahui jalan yang mudah itu.”
Si Fulan berkata,
“Jalan yang dimudahkan ini, dijelaskan oleh Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya “Al-Fawaaid”, dimana beliau berkata,
’Marilah masuk ke surga Allah…serta berdekatan denganNya di Negeri Keselamatan…tanpa ada letih…tanpa ada kesulitan…dan tanpa ada susah payah…bahkan melalui jalan yang terdekat dan yang termudah…’
’Sesungguhnya, engkau saat ini sedang berada pada satu masa di antara dua masa…dan pada hakikatnya masa itu adalah umurmu…yaitu dimana saat ini engkau ada…di antara masa yang telah lalu dan masa yang akan datang…’
’Adapun masa yang telah lalu…maka ia diperbaiki dengan taubat, penyesalan serta permohonan ampun…dan itu bukanlah sesuatu yang sulit bagimu…serta tidak memerlukan amal-amal yang berat…karena sesungguhnya ia hanyalah amalan hati…’
’Dan pada masa yang akan datang…berusahalah menjauhi dosa-dosa…
dan usahamu untuk menjauhi dosa itu adalah hanya berupa usaha untuk meninggalkan dan bukanlah ia merupakan amalan anggota badan yang menyusahkanmu karena sesungguhnya ia hanyalah berupa kesungguhan serta niat yang kuat…yang akan menyenangkan jasadmu, hatimu serta rahasia-rahasiamu…’
“Apa yang terjadi pada masa lalu, diperbaiki dengan taubat…dan di masa mendatang diperbaiki dengan penghindaran (dari yang haram) dengan kesungguhan serta niat… dan tidak ada kesusahan bagi anggota tubuh atas dua usaha ini.”
“Akan tetapi, yang terpenting dalam masa kehidupanmu adalah masa di antara dua masa (yaitu dimana saat ini engkau berada). Jika engkau menyia-nyiakannya maka engkau telah menyia-nyiakan kebahagiaan dan kesuksesanmu. Namun, jika engkau menjaganya dengan perbaikan dua masa, yaitu masa sebelum dan sesudahnya, dengan cara yang telah disebutkan…maka engkau akan selamat dan menang dengan mendapatkan kelapangan, kelezatan serta kenikmatan…”
Maka, inilah jalan ke surga yang mudah itu….
Bertaubat atas apa yang telah lalu kemudian beramal sholeh serta meninggalkan maksiat pada masa yang akan datang.
Si Fulan menambahkan,
Dan kusampaikan pula padamu sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Setiap ummatku akan masuk surga, kecuali yang enggan!” maka shahabat bertanya, siapakah yang enggan itu wahai Rasulullah? Nabi menjawab, “Siapa yang mentaatiku maka ia masuk surga dan siapa yang tidak taat padaku maka ialah yang enggan” (HR Al-Bukhari)
Dan juga sabda Nabi shallallahu’alaihi wasallam,
“Surga itu lebih dekat kepada salah seorang dari kalian dibandingkan dekatnya tali sendalnya terhadapnya, demikian pula dengan neraka.” (Muttafaqun ‘alaih).
***
Diterjemahkan dari Buletin Aqrabuthariq Ilal Jannah, Edisi 131, Madarul Wathan, Riyadh, KSA oleh Tim Penerjemah Muslimah.or.id
Murojaah: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Sumber: muslimah.or.id
Sep 17, 2010
Berakhir di Frankston Beach
Tempat ynt duduk di pinggir jembatan, pengennya duduk di ujung jembatan itu tapi ga berani T_T
Sedari jam 10 pagi kemarin ynt berangkat ke city untuk menghadiri International Student Seminar 2010 di Melbourne Town Hall. Alhamdulillah ga telat, malahan kecepetan 30 menit *saking semangatnya*. Setiba di depan Melbourne Town ada seorang pria mudan dan pria paruh baya. Agar tidak salah masuk ruangan ynt pastikan ke mereka apakah itu tempatnya dan ternyata memang benar. Ketika memasuki ruangan, ternyata masih beberapa orang yang hadir, walaaah, ga heran sih kan kecepetan 30 menit.
Berhubung ruangan seminar itu masih sepi, ynt coba menjelajahi Town Hall itu, pengen jalan ke balkon atas. Akhirnya nekat aja jalan ke lantai dua. Sambil jalan di tangga, ynt mendengar permainan orkestra di sebuah ruangan dan hal itu bikin ynt penasaran dan ingin melihatnya. Dan berbekal nekat lagi, ynt kembali menyusuri tangga atas dan ternyata memang ada beberapa pemain orkestra yang sedang latihan. lalu yanti duduk di balkok atas menonton mereka latihan dan merekamnya. seru juga ^_^
Setelah beberapa lama menonton mereka latiha, ynt kembali ke ruangan seminar dan yang hadir sudah semakin banyak dan terjadilah tanya jawab seputar kuliah di 10 Universitas-Universitas Tertinggi di Australia. Memang yang hadir pada saat itu adalah perwakilan dari 10 Universitas-Universitas Tertinggi di Australia. Beberapa jam setelah seminra itu ynt menuju Flinders Street Station tuk pulang ke rumah. Di dalam train entah kenapa muncul keinginan untuk pergi ke Frankston Beach. Sekalian tiket bus ynt berlaku sampai jam 3 pagi, akhirnya sesampai di Dandenong Station ynt naik Frankston Bus menuju Frankston. And you know what, I went there by myself and I even didn't know where the Frankston Beach. Hanya modal nekat dan penasaran lah makanya ynt ke sana.
Dalam perjalanan menuju Frankston, terlihat masih banyak lahan-lahan kosong dimana-mana dan satu hal lagi, ynt melihat ada puluhan sapi :) sepertinya ada peternakan sapi juga di Frankston, kirain cuma di Geelong aja hehe keren. :D Setelah beberapa menit, sampailah di Frankston Station dan alhamdulillah ada map di sana jadi ada gambaran tentang lokasi di sana. Serta sesampai di sana, ada ratusan burung camar beterbangan di sekitar station yang bersebelahan dengan store-store di Frankston. Nah, klo ada burung camar berarti beach nya ga jauh dari sana. Akhirnya ynt liat kembali map yang ada dan berjalan menuju beach yang digambarkan di map itu. Dari kejauhan memang terlihat ada beach di ujung langkah ynt saat itu.
Sambil berjalan ke beach, tiba-tiba seorang wanita menyapa ynt dan bertanya, "excuse me, are they your people?" katanya sambil menunjukkan sebuah novel yang covernya tiga orang gadis kecil berjilbab sambil membaca buku. "owh i guess, yes" jawab ynt. Lalu dia bilang, "good, finally i can see the real person". "Hah? jadi orang ini belum pernah ketemu orang berkerudung sebenarnya" pikir ynt dalam hati. Lalu wanita itu mengingatkan agar berhati-hati jika berjalan sendiri karena di negara ini ada kejadian dimana seorang wanita diminta membuka kerudungnya di depan public. Ynt jadi kaget mendengar hal itu dan sedikit takut juga. Sewaktu wanita itu bicara dia tidak memberikan ynt kesempatan untuk bicara jadinya cuma bisa manggut-manggut aja T_T dan lalu dia pamit sambil bilang, "nice to meet you and have a good day".
Perjalanan kembali dilanjutkan ke Frankston beach. Tidak berapa lama, sampailah ynt di Frankston beach. Ada rasa puas dan tenang ketika melihat pantai. Pantai yang luas membuat hati semakin adem. Lalu ynt membuka sepatu dan kaos kaki dan berjalan di pinggir-pinggir pantai. Saat itu hanya ada 1 dan dua orang di pantai, mungkin karena sedikit dingin kali ya. Ynt biarkan langkah ini berjalan sepanjang pantai itu. Dingiinya air pantai merasuk ke dalam kalbu, segar rasanya. Ya Allah sungguh luar biasa.
Ketika berada di pantai serasa dekat dengan alam semesta. Apa lagi melihat luasnya samudra yang membentang, subhannallah ada rasa tersendiri dalam hati ini. Ingin rasanya memiliki hati seluas samudra, ingin rasanya memiliki kesabaran seluas laut biru, dan ingin rasanya memiliki ketenangan yang tiada batas. Pada saat itu ynt merasa hanya ada Dia dan ynt. Menyendiri dan berdua denganNya di pantai. Mencurahkan semua rasa suka dan duka yang menggelayut dalam dada. Dan bercerita hanya denganNya serta ditemani angin-angin yang menyentuh dinding hati. Sejuk, tenang dan tentram merasuk jiwa.
Namun sayangnya hal itu tidak berlangsung lama karena rintik hujan jatuh satu persatu. Lalu ynt berlari ke pinggi sungai menuju sebuah jembatan. Sambil menuju ke sana, ynt bertemu dengan seorang Bapak yang berumur sekitar 60an. Ketika dia melihat ynt memoto jembatan, dia berkata, "do you want me to take your picture?" lalu ynt jawab, "yes, please" lumayan lah, setidaknya ynt sempat foto di Frankston walaupun cuma sebentar hehehe.. Sehabis itu karen kami menuju ke arah yang sama, akhirnya ynt jalan sama bapak itu sambil bercerita. Dia berasal dari India namun sudah 40 thn di sini dan dia juga bercerita klo dulunya dia seorang veteran *wuidiiiiih*. Lalu dia juga bercerita tentang orang Australia yang tertangkap di Bali karena membawa drugs, namun belum sempat membahas lebih lanjut kami berpisah karena mengambil rute yang berbeda. Si bapak bilang, "put your coat on, it's cold" katanya sambil mennggerakkan tangannya. "ok, thank you" jawab ynt dan senyum ke bapak itu.
Berhubung hujan semakin deras, akhirnya ynt semakin bergegas menuju Frankston Station, namun ketika lewat di depan Coles tiba-tiba malah pengen beli es krim di sana *hehehe geje nih, hujan-hujan beli es krim* tapi ya cuek aja. Habis itu ynt berjalan menuju Station dan berkat petunjuk bus driver, ynt berjalan menuju Bay 3, tempat bus jurusan Ringwood untuk menuju rumah. Alhamdulillah jam 14.30 pm ynt sampai di rumah dengan selamat, ga nyasar dan ga ketiduran di bis ataupun train.. :D
Dandenong, 17 September 2010
Sep 15, 2010
The Story of the One-Eyed Mother

My mom only had one eye.
I hated her... she was such an embarrassment...
She cooked for students & teachers...to support the family.
There was this one day during elementary school and my mom came.
I was so embarrassed. How could she do this to me?
I threw her a hateful look and ran out.
The next day at school...
"Your mom only has one eye?!?!"...eeeee said a friend.
I wished my mom would just disappear from this world.
So I said to my mom, "Mom... Why don't you have the other eye?!
If you're only gonna make me a laughing stock, why don't you just
die?!!!"
My mom did not respond...
I guess I felt a little bad, but at the same time, it felt good to
think that I had said what I'd wanted to say all this time...
Maybe it was because my mom hadn't punished me, but I didn't think
that I had hurt her feelings very badly.
That night...
I woke up, and went to the kitchen to get a glass of water.
My mom was crying there, so quietly, as if she was afraid that she
might wake me.
I took a look at her, and then turned away.
Because of the thing I had said to her earlier, there was something
pinching at me in the corner of my heart.
Even so, I hated my mother who was crying out of her one eye.
So I told myself that I would grow up and become successful.
Then I studied real hard. I left my mother and went to Singapore to
study.
Then, I got married. I bought a house of my own. Then I had kids,
too...
Now I'm living happily as a successful man.
I like it here because it's a place that doesn't remind me of my mom.
This happiness was getting bigger and bigger, when...
What?! Who's this?!
It was my mother...Still with her one eye.
I felt as if the whole sky was falling apart on me.
Even my children ran away, scared of my mom's eye.
And I asked her, "Who are you?!" "I don't know you!!!" as if trying to
make that real.
I screamed at her, "How dare you come to my house and scare my
children!"
GET OUT OF HERE! NOW!!!"
And to this, my mother quietly answered, "Oh, I'm so sorry.
I may have gotten the wrong address,"
and she disappeared out of sight.
Thank goodness... She doesn't recognize me. I was quite relieved.
I told myself that I wasn't going to care, or think about this for the
rest of my life.
Then a wave of relief came upon me...
One day, a letter regarding a school reunion came to my house in
Singapore.
So, lying to my wife that I was going on a business trip, I went. After
the reunion, I went down to the old shack, that I used to call a
house... Just out of curiosity
There, I found my mother fallen on the cold ground. But I did not shed
a single tear.
She had a piece of paper in her hand....It was a letter to me.
"My son...
I think my life has been long enough now...
And... I wont visit Singapore anymore...
But would it be too much to ask if I wanted you to come visit me once
in a while? I miss you so much..
And I was so glad when I heard you were coming for the reunion. But I
decided not to go to the school.
For you...
And I'm sorry that I only have one eye, and I was an embarrassment for
you.
You see, when you were very little, you got into an accident, and lost
your eye.
As a mom, I couldn't stand watching you having to grow up with only one
eye...
So I gave you mine...
I was so proud of my son that was seeing a whole new world for me, in
my place, with that eye.
I was never upset at you for anything you did..
The couple times that you were angry with me.. I thought to myself,
'It's because he loves me..'
My son... Oh, my son... "
This message has a very deep meaning and is passed to remind people of
the goodness they have enjoy was because of others directly or
indirectly.
Pause a moment and consider your life!
Be thankful of what you have today compared to many millions who do not live
lives as you do!
Do spend some time in prayer for your mum out there!
Reference: http://gamevision.spaces.live.com/blog/cns
***
Ibuku hanya memiliki satu mata.
Aku membencinya… dia sungguh membuatku menjadi sangat memalukan.
Dia bekerja memasak buat para murid dan guru di sekolah… untuk menopang
keluarga.
Ini terjadi pada suatu ketika aku duduk di sekolah dasar dan ibuku datang.
Aku sungguh dipermalukan. Bagaimana bisa ia tega melakukan ini padaku? Aku
membuang muka dan berlari meninggalkannya saat bertemu dengannya.
Keesokan harinya di sekolah…
"Ibumu bermata satu?!?!�?…. eeeee ejek seorang teman.
Akupun berharap ibuku segera lenyap dari muka bumi ini.
Jadi kemudian aku katakan pada ibuku, "Ma… kenapa engkau hanya memiliki satu
mata?! Kalau engkau hanya ingin aku menjadi bahan ejekan orang-orang ,
kenapa engkau tidak segera mati saja?!!!�?
Ibuku diam tak bereaksi.
Aku merasa tidak enak, namun disaat yang sama, aku rasa aku harus mengatakan
apa yang ingin aku katakan selama ini… Mungkin ini karena ibuku tidak pernah
menghukumku, akan tetapi aku tidak berfikir kalau aku telah sangat melukai
perasaannya.
Malam itu…
Aku terjaga dan bangun menuju ke dapur untuk mengambil segelas air minum.
Ibuku sedang menangis disana terisak-isak, mungkin karena khawatir akan
membangunkanku. Sesaat kutatap ia, dan kemudian pergi meninggalkannya.
Setelah aku mengatakan perasaanku sebelumnya padanya, aku merasa tidak enak
dan tertekan. Walau demikian, aku benci ibuku yang menangis dengan satu
mata. Jadi aku bertekad untuk menjadi dewasa dan menjadi orang sukses .
Kemudian aku tekun belajar. Aku tinggalkan ibuku dan melanjutkan studiku ke
Singapore.
Kemudian aku menikah. Aku membeli rumahku dengan jerih payahku. Kemudian,
akupun mendapatkan anak-anak, juga.
Sekarang aku tinggal dengan bahagia sebagai seorang yang sukses. Aku
menyukai tempat tinggal ini karena tempat ini dapat membantuku melupakan
ibuku.
Kebahagiaan ini bertambah besar dan besar, ketika…
Apa ?! Siapa ini?!
Ini adalah ibuku… Masih dengan mata satunya. Aku merasa seolah-olah langit
runtuh menimpaku. Bahkan anak-anakku lari ketakutan melihat ibuku yang
bermata satu.
Aku bertanya padanya, "Siapa kamu?!. Aku tidak mengenalmu!!!
kukatakan seolah-olah itu benar. Aku memakinya, "Berani sekali kamu datang
ke rumahku dan menakut-nakuti anak-anakku! KELUAR DARI SINI!! SEKARANG
JUGA!!!
Ibuku hanya menjawab, "Oh, maafkan aku. Aku mungkin salah alamat.
Kemudian ia berlalu dan hilang dari pandanganku.
Oh syukurlah… Dia tidak mengenaliku. Aku agak lega. Kukatakan pada diriku
kalau aku tidak akan khawatir, atau akan memikirkannya lagi. Dan akupun
menjadi merasa lebih lega…
Suatu hari, sebuah undangan menghadiri reuni sekolah dikirim ke alamat
rumahku di Singapore. Jadi, aku berbohong pada istriku bahwa aku akan
melakukan perjalanan dinas. Setelah menghadiri reuni sekolah, aku
mengunjungi sebuah gubuk tua, dulu merupakan rumahku… Hanya sekedar ingin
tahu saja.
Di sana , aku mendapati ibuku terjatuh di tanah yang dingin. Tapi aku tidak
melihatnya ia mengeluarkan air mata. Ia memegang selembar surat ditangannya…
Sebuah surat untukku.
"Anakku…
Aku rasa hidupku cukup sudah kini…
Dan… aku tidak akan pergi ke Singapore lagi…
Tapi apakah ini terlalu berlebihan bila aku mengharapkan engkau yang datang
mengunjungiku sekali-kali? Aku sungguh sangat merindukanmu…
Dan aku sangat gembira ketika kudengar bahwa engkau datang pada reuni
sekolah . Tapi aku memutuskan untuk tidak pergi ke sekolahan. Demi engkau …
Dan aku sangat menyesal karna aku hanya memiliki satu mata, dan aku telah
sangat memalukan dirimu.
Kau tahu, ketika engkau masih kecil, engkau mengalami sebuah kecelakaan, dan
kehilangan salah satu matamu. Sebagai seorang ibu, aku tidak bisa tinggal
diam melihat engkau akan tumbuh besar dengan hanya memiliki satu mata. Jadi
kuberikan salah satu mataku untukmu…
Aku sangat bangga akan dirimu yang telah dapat melihat sebuah dunia yang
baru untukku, di tempatku, dengan mata tersebut. Aku tidak pernah merasa
marah dengan apa yang kau pernah kau lakukan… Beberapa kali engkau
memarahiku…
Aku berkata pada diriku, 'Ini karena ia mencintaiku'
Teman-temanku…
Pesan (di atas) ini sungguh memiliki sebuah arti yang sangat mendalam dan
dikirim untuk mengingatkan banyak orang bahwa kebaikan yang telah mereka
nikmati selama ini adalah berkat seseorang, entah secara langsung maupun
tidak langsung.
Renungkan sesaat dan lihatlah dirimu!.
Berterima kasihlah akan apa yang kamu miliki saat ini dibandingkan dengan
jutaan orang yang tidak memiliki kehidupan seperti yang engkau peroleh saat
ini !
"Bawalah (selalu) ibumu dalam doa di mana saja engkau berada."
Sumber: http://www.mail-archive.com/satgana@yahoogroups.com/msg00117.html
Sep 12, 2010
Wanita Penghuni Surga Itu…

Penulis: Ummu Rumman Siti Fatimah
Muraja’ah: ustadz Abu Salman
Dari Atha bin Abi Rabah, ia berkata, Ibnu Abbas berkata padaku,
“Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?”
Aku menjawab, “Ya”
Ia berkata, “Wanita hitam itulah yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, ‘Aku menderita penyakit ayan (epilepsi) dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya.’
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu.’
Wanita itu menjawab, ‘Aku pilih bersabar.’ Lalu ia melanjutkan perkataannya, ‘Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap.’
Maka Nabi pun mendoakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Betapa rindunya hati ini kepada surga-Nya yang begitu indah. Yang luasnya seluas langit dan bumi. Betapa besarnya harapan ini untuk menjadi salah satu penghuni surga-Nya. Dan subhanallah! Ada seorang wanita yang berhasil meraih kedudukan mulia tersebut. Bahkan ia dipersaksikan sebagai salah seorang penghuni surga di kala nafasnya masih dihembuskan. Sedangkan jantungnya masih berdetak. Kakinya pun masih menapak di permukaan bumi.
Sebagaimana perkataan Ibnu Abbas kepada muridnya, Atha bin Abi Rabah, “Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?” Aku menjawab, “Ya”
Ibnu Abbas berkata, “Wanita hitam itulah….dst”
Wahai saudariku, tidakkah engkau iri dengan kedudukan mulia yang berhasil diraih wanita itu? Dan tidakkah engkau ingin tahu, apakah gerangan amal yang mengantarkannya menjadi seorang wanita penghuni surga?
Apakah karena ia adalah wanita yang cantik jelita dan berparas elok? Ataukah karena ia wanita yang berkulit putih bak batu pualam?
Tidak. Bahkan Ibnu Abbas menyebutnya sebagai wanita yang berkulit hitam.
Wanita hitam itu, yang mungkin tidak ada harganya dalam pandangan masyarakat. Akan tetapi ia memiliki kedudukan mulia menurut pandangan Allah dan Rasul-nya. Inilah bukti bahwa kecantikan fisik bukanlah tolak ukur kemuliaan seorang wanita. Kecuali kecantikan fisik yang digunakan dalam koridor yang syar’i. Yaitu yang hanya diperlihatkan kepada suaminya dan orang-orang yang halal baginya.
Kecantikan iman yang terpancar dari hatinyalah yang mengantarkan seorang wanita ke kedudukan yang mulia. Dengan ketaqwaannya, keimanannya, keindahan akhlaqnya, amalan-amalan shalihnya, seorang wanita yang buruk rupa di mata manusia pun akan menjelma menjadi secantik bidadari surga.
Bagaimanakah dengan wanita zaman sekarang yang sibuk memakai kosmetik ini-itu demi mendapatkan kulit yang putih tetapi enggan memutihkan hatinya? Mereka begitu khawatir akan segala hal yang bisa merusak kecantikkannya, tetapi tak khawatir bila iman dan hatinya yang bersih ternoda oleh noda-noda hitam kemaksiatan – semoga Allah Memberi mereka petunjuk -.
Kecantikan fisik bukanlah segalanya. Betapa banyak kecantikan fisik yang justru mengantarkan pemiliknya pada kemudahan dalam bermaksiat. Maka saudariku, seperti apapun rupamu, seperti apapun fisikmu, janganlah engkau merasa rendah diri. Syukurilah sebagai nikmat Allah yang sangat berharga. Cantikkanlah imanmu. Cantikkanlah hati dan akhlakmu.
Wahai saudariku, wanita hitam itu menderita penyakit ayan sehingga ia datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meminta beliau agar berdoa kepada Allah untuk kesembuhannya. Seorang muslim boleh berusaha demi kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Asalkan cara yang dilakukannya tidak melanggar syariat. Salah satunya adalah dengan doa. Baik doa yang dipanjatkan sendiri, maupun meminta didoakan orang shalih yang masih hidup. Dan dalam hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki keistimewaan berupa doa-doanya yang dikabulkan oleh Allah.
Wanita itu berkata, “Aku menderita penyakit ayan dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya.”
Saudariku, penyakit ayan bukanlah penyakit yang ringan. Terlebih penyakit itu diderita oleh seorang wanita. Betapa besar rasa malu yang sering ditanggung para penderita penyakit ayan karena banyak anggota masyarakat yang masih menganggap penyakit ini sebagai penyakit yang menjijikkan.
Tapi, lihatlah perkataannya. Apakah engkau lihat satu kata saja yang menunjukkan bahwa ia benci terhadap takdir yang menimpanya? Apakah ia mengeluhkan betapa menderitanya ia? Betapa malunya ia karena menderita penyakit ayan? Tidak, bukan itu yang ia keluhkan. Justru ia mengeluhkan auratnya yang tersingkap saat penyakitnya kambuh.
Subhanallah. Ia adalah seorang wanita yang sangat khawatir bila auratnya tersingkap. Ia tahu betul akan kewajiban seorang wanita menutup auratnya dan ia berusaha melaksanakannya meski dalam keadaan sakit. Inilah salah satu ciri wanita shalihah, calon penghuni surga. Yaitu mempunyai sifat malu dan senantiasa berusaha menjaga kehormatannya dengan menutup auratnya. Bagaimana dengan wanita zaman sekarang yang di saat sehat pun dengan rela hati membuka auratnya???
Saudariku, dalam hadits di atas terdapat pula dalil atas keutamaan sabar. Dan kesabaran merupakan salah satu sebab seseorang masuk ke dalam surga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu.” Wanita itu menjawab, “Aku pilih bersabar.”
Wanita itu lebih memilih bersabar walaupun harus menderita penyakit ayan agar bisa menjadi penghuni surga. Salah satu ciri wanita shalihah yang ditunjukkan oleh wanita itu lagi, bersabar menghadapi cobaan dengan kesabaran yang baik.
Saudariku, terkadang seorang hamba tidak mampu mencapai kedudukan kedudukan mulia di sisi Allah dengan seluruh amalan perbuatannya. Maka, Allah akan terus memberikan cobaan kepada hamba tersebut dengan suatu hal yang tidak disukainya. Kemudian Allah Memberi kesabaran kepadanya untuk menghadapi cobaan tersebut. Sehingga, dengan kesabarannya dalam menghadapi cobaan, sang hamba mencapai kedudukan mulia yang sebelumnya ia tidak dapat mencapainya dengan amalannya.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika datang suatu kedudukan mulia dari Allah untuk seorang hamba yang mana ia belum mencapainya dengan amalannya, maka Allah akan memberinya musibah pada tubuhnya atau hartanya atau anaknya, lalu Allah akan menyabarkannya hingga mencapai kedudukan mulia yang datang kepadanya.” (HR. Imam Ahmad. Dan hadits ini terdapat dalam silsilah Al-Haadits Ash-shahihah 2599)
Maka, saat cobaan menimpa, berusahalah untuk bersabar. Kita berharap, dengan kesabaran kita dalam menghadapi cobaan Allah akan Mengampuni dosa-dosa kita dan mengangkat kita ke kedudukan mulia di sisi-Nya.
Lalu wanita itu melanjutkan perkataannya, “Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa kepada Allah agar auratnya tidak tersingkap. Wanita itu tetap menderita ayan akan tetapi auratnya tidak tersingkap.
Wahai saudariku, seorang wanita yang ingatannya sedang dalam keadaan tidak sadar, kemudian auratnya tak sengaja terbuka, maka tak ada dosa baginya. Karena hal ini di luar kemampuannya. Akan tetapi, lihatlah wanita tersebut. Bahkan di saat sakitnya, ia ingin auratnya tetap tertutup. Di saat ia sedang tak sadar disebabkan penyakitnya, ia ingin kehormatannya sebagai muslimah tetap terjaga. Bagaimana dengan wanita zaman sekarang yang secara sadar justru membuka auratnya dan sama sekali tak merasa malu bila ada lelaki yang melihatnya? Maka, masihkah tersisa kehormatannya sebagai seorang muslimah?
Saudariku, semoga kita bisa belajar dan mengambil manfaat dari wanita penghuni surga tersebut. Wallahu Ta’ala a’lam.
Marji’:
Syarah Riyadhush Shalihin (terj). Jilid 1. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin. Cetakan ke-3. Penerbit Darul Falah. 2007 M.
muslimah.or.id
Sep 7, 2010
Memahami Psikologi Suami – Istri

Tret ini akan membahas tentang perbedaan antara suami (laki2) dan isteri (wanita) dari sisi psikologis. Perbedaan fisik keduanya tidak dibahas disini.Ane sarikan dari terjemahan buku Saikulujiyyah ar-Rujul wa al-Mar’iah, karya Dr. Thariq Kamal an-Nu’aimi.
1. Perbedaan Menanggapi Permasalahan
Laki2 menganggap dirinya diciptakan untuk memecahkan masalah. Perilaku ini dianggap sebagai sebuah pengungkapan cintanya kepada perempuan. Wanita menganggap bahwa dia tidak memerlukan pemecahan, yang diinginkan adalah suaminya ikut merasakan dan ikut berempati.
Contoh: seorang istri yang masuk rumah sakit untuk menjalani operasi. Setelah operasi berhasil dan keluar dari RS ada tanda kegelisahan dari istri disebabkan karena bekas yang kelihatan buruk akibat operasi. Istri curhat pada suaminya dan dijawab:
“Masalah sepele, ga usah pedulikan. Kan bisa operasi kecantikan, kamu bisa bebas dari noda itu. Masalah ini kecil dan penanganannya juga mudah.”
Jawaban ini menambah sedih istrinya dan membuatnya marah, karena ia merasa suaminya tidak memahami hakikat perasaan sedihnya bahkan meminta untuk operasi kembali.
Seharusnya yg perlu dilakukan suami adalah berempati pada istrinya. Ini akan membuat istri senang dan membuat istri merasa dekat dengan suami. Memberikan nasehat dan pemecahan justru akan menjadikan istri marah, merasa jauh darinya dan tidak mau duduk dengannya.
2. Perbedaan Perhatian Suami dan Istri
Perempuan sangat perhatian pada cinta, ngobrol2, kecantikan dan hubungan kemasyarakatan. PR jika bertemu dengan teman sesamanya, maka akan menggunakan kesempatan tersebut utk menguatkan hubungan, berusaha saling bantu satu sama lain walaupun tanpa ada permintaan. Tujuan memberikan bantuan bagi PR adalah untuk membuat dia merasa bahwa dia dicintai.
Laki2 banyak menghabiskan waktunya untuk berjuang dalam kehidupan, berjuang untuk mewujudkan tujuan2. Dunia laki2 penuh dengan permasalahan, kesulitan dan tujuan2. Laki2 jika bertemu dengan teman laki2 yg dibicarakan adalah segala permasalahan yang dihadapi dan berusaha mencari pemecahan yang sesuai, baik permasalahan politik, keuangan, kemasyarakatan, bahkan olahraga. Dalam dunia laki2 memberikan bantuan dengan suka rela dianggap sbg suatu yg tidak dapat diterima, ditafsirkan sebagai penghinaan.
Contoh: suami istri yang yg pergi menghadiri acara walimahan temannya. Mereka sudah sampai di daerah tempat walimahan temannya hanya mereka tidak begitu mengetahui pasti alamat tersebut. Suami hanya berputar dan berkeliling2 didaerah tersebut, tidak mau menyerah dgn harapan bisa menemukan sendiri alamatnya. Beberapa saat istrinya menyarankan utk menghentikan mobil dan bertanya kepada orang lain yg tau, daripada terus menerus berputar dan berkeliling tidak ada manfaatnya. Tetapi suami tetap aja tidak mau menghentikan mobilnya hingga sampai akhirnya menemukan tempat yg dicari. Kegelisahan tampak sekali pada wajah suami saat menghadiri acara, sedikit bicara dan tingkahnya tidak bebas. Istrinya merasa bingung karena sikap dan raut muka suaminya yg tidak enak tersebut.
Apa yg dilakukan suami adalah utk memastikan kepada istrinya bahwa dia adalah org yg mampu. Mencari bantuan sama artinya dengan menggeser posisi dirinya ke posisi yg lebih rendah. Seandainya istrinya tetap diam dan tidak gelisah dan memberi kesempatan suaminya mencari sendiri alamat tersebut sampai ketemu, maka suami akan semakin cinta ke istrinya.
Ketika membicarakan dua kesalahan yang sudah biasa dilakukan. Sebenarnya inti kesalahan tidak terletak pada niat dari laki2 maupun perempuan tersebut, namun terletak pada cara dan waktu yang digunakan. Ketika jiwa pr sedang senang maka ia tidak akan menolak untuk mendengarkan laki2, yang sedang berusaha memecahkan permasalahan dgn caranya sendiri. Laki2 harus mengetahui bahwa ketika pr dalam keadaan gelisah dan tidak senang dan mengadukan permasalahannya, maka waktu itu tidak tepat untuk mengajukan suatu pemecahan/nasehat. Yang sebenarnya dikehendaki pr adalah orang lain mau mendengarkan keluhannya saja. Apabila pr sudah merasa keinginannya terpenuhi dan suami bersedia mendengarkan perkataan dan memahami perasaannya, ketika itu keadaan psikologisnya bertahap akan membaik. Setelah itu laki2 bisa masuk dalam pembicaraan dengan mengajukan beberapa usulan, bukan pemecahan.
Sementara bagi laki2, ia mau menerima nasehat dan kritikan yang membangun ketika ia memang mencarinya. Pr harus mengetahui bhw memberikan nasehat/kritikan dapat membuatnya marah dan membuat dia merasa istrinya ingin merendahkan dan menguasainya.
3. Reaksi terhadap kelelahan dan kesulitan
Laki-laki menyikapi kesukaran dan kelelahan dengan cara objektif. Sementara perempuan dengan subjektif.
Tabiat laki2 yang pokok adalah perhatian pada sesuatu yang ada diluar, sehingga ketika seorang laki2 mengalami kesukaran maka ia akan menarik diri dan mulai berfikir dengan cara diam, berusaha memecahkan masalah yang dialaminya utk terlepas dari kesukaran dan kelelahan.
Tabiat perempuan yang paling asasi adalah sangat perhatian pada sesuatu yang terjadi didalam dirinya. Ketika pr mengalami kesukaran ia akan berinteraksi dengan perasaannya utk bisa melakukan perubahan dari sisi dalam.
Menyikapi kesulitan dan kelelahan secara objektif hakikatnya adalah mengkaji, menganalisa yang telah terjadi, baru setelah itu berinteraksi dan menentukan pemecahan yang sesuai. Sedangkan subjektif adalah menyikapinya melalui perasaan, yaitu meletakkan jiwa ditengah2 permasalahan, baru setelah itu berinteraksi dengan masalah tersebut.
Laki2 yang lelah akan berusaha mencari kelegaan dengan berusaha mendapatkan tempat yang cukup tenang jauh dari kebisingan, dan secara umum berusaha menghindarkan diri untuk tenggelam pada perdebatan dalam bentuk apapun.
Pr ketika lelah akan berusaha mencari ketenangan dengan senang berbicara atau mempersiapkan semangat utk hari esok. Senang berbicara dan mencari orang yang mau mendengarkan kata-katanya, kemudian mengikutsertakan dia dalam pembicaraan tersebut.
Contoh:
Suami pulang dari kerja, ia sangat lelah dan butuh istirahat. Suami masuk rumah, salam dengan istri dan anak, dan menunggu makan. Makanan datang, dan semua duduk mengelilingi meja makan. Sebelum suami memasukkan makanan pertama kemulutnya, istrinya tiba2 berkata:
Istri: Bagaimana keadaan pekerjaanmu hari ini?
Suami: hari ini berat
Istri: Apa yang terjadi disana?
Suami: Masalah seperti biasanya
Istri: Masalah seperti apa itu?
Suami (tampak tanda2 gelisah dan berkata) : Apakah kita bisa makan terlebih dahulu, lalu setelah selesai baru bicara?
Istri (ia diam sebentar, lalu bicara): Temanmu tadi si A baru saja telpon, ia harap kamu menghubunginya.
Suami : Iya, aku akan menghubunginya nanti sore.
Istri: Apa kira2 yang ia inginkan?
Suami (ia tampak marah dan berkata melebihi suara biasanya) : Bagaimana aku bisa tahu apa yang ia inginkan? Akan kuberitahu setelah aku menghubunginya.
Istri: Bila A punya niat berkunjung hari jumat datang, ingat kita punya janji dengan anak2 ke kebun binatang.
Suami semakin marah dan berkata: Baik, apakah tidak bisa kita selesaikan makan dengan tenang.
Istri terlihat kesal: Baik
Selang lima menit ketika semuanya masih sedang makan, Istri mulai berbicara ketiga kalinya:
Jangan lupa, besok kita punya janji dengan dokter, kita harus pergi sebelum jam 5.
Suami: Bukankah aku minta kamu tenang dan tidak biacara?
Istri (tampak marah dan berkata dengan keras) : Allohu Akbar…ada apa denganmu? Apakah aku haram bicara denganmu? Kenapa kamu seperti ini? Setiap hari setelah kamu pulang kerja lamu tidak mau diajak biacar, ada apa?
Istri meninggalkan meja makan dgn menggerutu dan menuju dapur sambil menangis.
Suami berontak dan meninggalkan makan juga. Ia bicara dengan suara memekak telinga : Kamu ini orang aneh! aku tidak tahu apa permasalahanmu sebenarnya? Aku lelah setelah pulang kerja dan ingin istirahat bentar. Tapi yang aku dapati justru istri yang tidak mau berhenti bicara.
Dari sini suami meninggalkan rumah dan pergi ke salah satu warung kopi untuk mencari ketenangan.
Laki2 yang sedang menghadapi permasalahan akan menumpahkan seluruh pikirannya untuk permasalahan tersebut. Ketika ia pulang ke rumah, sebenarnya pikirannya belum pulang, pikirannya masih sibuk dengan pekerjaannya, sehingga ketika ada orang yang ingin mengajak bicara ia akan merasa terganggu. Penyebabnya adalah pembicaraan tersebut telah memotong rangkaian pikirannya atau menjauhkan dia dari objek yang sedang ia pikirkan. Laki2 akan terus bersikap seperti ini selama permasalahannya sulit dipecahkan, sarafnya akan tetap tegang dan mencari kesibukan dengan pekerjaan yang lain seperti membaca buku, koran, mendengar radio atau pekerjaan yang lain sampai secara bertahap emosinya akan menjadi tenang.
Pada pr kenyataannya tidak seperti itu, perempuan akan berusaha menemukan orang yang dapat dipercaya (suami/perempuan lainnya) untuk diajak bicara dengan panjang lebar untuk menjelaskan permasalahannya. Inilah yang ditempuh pr untuk mendapatkan kepuasan pikiran dan ketenangan perasaan. Tabiat pr yang cenderung ekspansif ini akan merangkul semua permasalahan dalam waktu yang sama, berbeda dengan tabiat laki2 yang fokus pada satu permasalahan. Pada kondisi ini pr akan kehilangan kemampuan untuk meletakkan mana yang lebih utama utk dikerjakan dan mana yang bisa ditunda, ini yang menyebabkan ia merasa sedih dan terbebani, kadang pelariannya adalah menangis. Laki2 yg melihat pr sedang sedih maka respon laki2 adalah kesal dan marah, dan yang terbayang pada dirinya bahwa ketika itu pr sedang berusaha menyalahkan laki2 atas kesedihannya.
4. Dorongan yang saling bergantian antara laki-laki dan perempuan
Laki2 akan merasa bergairah, kuat dan bersemangat apabila merasa perempuan membutuhkannya, dan bila perasaan tersebut semakin bertambah maka gairah dan ketertarikannya kepada perempuan tersebut akan semakin bertambah. Apabila laki2 merasa perempaun tidak membutuhkan dirinya, maka gairahnya semakin mengecil, layu, kemudian hubungan antara keduanya akan mati.
Perempuan akan merasa bergairah, kuat, bersemangat dan tertarik pada laki2, ketika ia merasa laki2 menghormati dan menghargai dirinya. Ketika perasaan perempuan tersebut makin bertambah maka ketertarikannya pada laki2 akan bertambah pula. Apabila perempuan merasa laki2 tidak menghormati dan tidak menghargai, maka gairahnya akan mengecil, berkurang, layu dan akhirnya ikatan keduanya akan mati.
Ketika Laki-laki mencintai perempuan
Ketika laki2 mencintai perempuan, maka ia akan berusaha mengerahkan segala kemampuannya untuk memberikan kebahagiaan kepada perempuan yang telah ia pilih dan ia cintai. Ia akan melakukan hal2 baru yang tidak pernah dilakukan sebelumnya. Pemberian dan perhatian tersebut akan terus berlangsung selama perempuan memberikan tanggapan dan penghargaan kepada laki2.
Laki2 sangat sulit meneruskan ikatan dengan perempuan yang tidak bisa membuat laki2 merasa bahwa perempuan tersebut membutuhkan dirinya. Karena membuat kebahagiaan perempuan yang dicintainya bagi laki2 merupakan hal yang sangat pokok dalam hidupnya. Apabila hubungan cinta keduanya sampai pada tingkatan rendah dan mendekatai kemusnahan, maka satu hal yang bisa menghidupkan kembali yaitu, buatlah laki2 merasa bahwa perempuan membutuhkan dirinya.
Ketika perempuan mencintai Laki-laki
Perempuan akan melihat laki2 sebagai orang yang ia butuhkan dalam kehidupannya. Ia mengharapkan laki2 tersebut bisa memberikan perhatian padanya, menghargai keperempuannya dan keadaannya, dan menghormati dirinya sebagai orang yang ingin selalu bersamanya dan menjadi sahabatnya. Menurut Pr, persahabatan mempunyai arti kebahagiaan dan kesenangan, karena dengan persahabatan ia dapat saling berbagi perasaan kasih sayang dan cinta, dan akhirnya menjadi intim (akrab dan dekat) dengan laki2 tersebut. Ketika Pr merasa bahwa ia adalah orang yang dicintai dan berhak atas laki2 tersebut, maka perasaan ini memberikan banyak kesenangan dan kebahagiaan.
Sikap Saling Menyalahkan
Dengan berjalannya waktu, laki2 akan sampai pada tingkatan dimana ia melihat dirinya telah memberikan banyak sekali kepada perempuan.
Demikian juga perempuan juga akan melihat bahwa dirinya telah memberikan sesuatu yang banyak juga, tetapi suatu ketika perempuan akan merasa bahwa yang diterimanya dari laki2 lebih sedikit daripada haknya, tidak memperoleh yang diinginkan dan selalu kecewa, maka pada waktu itu ia akan melimpahkan kesalahan tersebut pada laki2. Ia marah pada laki2 karena tidak memainkan perannya untuk memberi dan tidak membalas pemberian perempuan dengan pemberian yang seimbang. Disini perempuan akan merasa benar2 terzhalimi.
Namun salah besar bila perempuan melimpahkan kesalahan kepada laki2 saja. Perempuan juga bertanggungjawab atas masalah tersebut.
Berawal dari rasa cinta, dan ingin membantu laki2, perempuan pun menyumbang dalam permasalahan baru tersebut. Meski peran perempuan pasif tapi efektif dan besar sekali sumbangan permasalahannya. Demikian juga laki2 yang tidak melakukan kewajibannya, tidak memberi dan tidak bekerjasama dalam memperbaiki hubungan mereka berdua, maka tidak berhak juga untuk merasa aneh dengan tindakan perempuan yang merasa pasif padanya, sehingga jangan sampai laki2 juga melimpahkan kesalahan pada perempuan.
Pada dasarnya melimpahkan kesalahan pada salah satu pihak, tidak akan membantu dalam memecahkan permasalahan dan tidak mampu meningkatkan hubungan. Seharusnya keduanya saling memahami dengan penuh kasih sayang, kepercayaan, simpati, saling membantu, saling menerima, dan menghormati satu sama lain. Sebagai laki2 harus ingat bahwa perempuan yang ada dihadapannya adalah perempuan yang ia cintai dengan sepenuh hati dan telah ia putuskan untuk selalu bersamanya, ia adalah perempuan yang mencintai dan setuju menikah dengannya. Ia adalah perempuan yang mencintainya dan berhak untuk dibantu dan dijaga. Bukan untuk disalahkan dan tidak dihormati.
Laki2 harus berusaha mendengarkan pengaduan2nya, bagaimanapun cara perempuan mengadu. Walaupun dalam pengaduan terkadang terdapat sikap yang mencela laki2. Pengaduan perempuan ini merupakan bentuk usaha untuk mendapatkan ketenangan. Inilah cara perempuan mencari kepuasan agar tenang pikirannya. Laki2 harus mengetahui bahwa mendengarkan keluhan perempuan akan membuat ia merasa tenang dan merasa diperhatikan laki2. Pada akhirnya akan mengembalikan kepercayaan dirinya, dan hatinya akan terbuka kembali untuk laki2.
Bagi perempuan, ketika terjadi suatu masalah, daripada menyalahkan dan menuduh laki2 dengan sesuatu yang menyakitkan bahkan sampai menunjukkan pada laki2 bahwa laki2 tersebut telah mengabaikan kewajibannya kepada perempuan, sebaiknya perempuan juga ingat bahwa laki2 tersebut adalah suaminya, orang yang ia impikan dan ia cintai. Dimana laki2 tersebut telah memperlihatkan perilaku yang baik pada dirinya sehingga ia merasa cocok untuk selalu bersama dirinya. Maka tugas perempuan harus memaafkan, menyalami, dan menerima laki2 atas semua yang ia lakukan, dan mentolerir kesalahannya. Percayalah bahwa suatu hari pasti akan datang hari dimana ia akan sadar atas kelalaiannya. Kemudian akan memperbaiki sikap dan melaksanakan kewajibannya. Perempuan harus percaya hal tersebut dan berusaha membantu laki2 untuk sampai pada kesadaran itu, mendorongnya untuk melaksanakan kewajibannya. Apabila laki2 telah melakukan hal itu, maka sebaik-baiknya yang harus dilakukan perempuan adalah menampakkan kebahagiaannya. Karena semua yang dilakukan laki2 tersebut adalah untuk diri dan keluarganya. Ingatlah bahwa rahasia agar laki2 memberi adalah “perempuan merasa kagum dengan laki2 dan merasa bahagia atas semua yang dilakukan laki2″.
BELAJAR MENERIMA PEMBERIAN
Hal yang ditakutkan istri adalah bila suami menganggap dirinya banyak menuntut. Kemudian suami bosan/jemu padanya, setelah itu menjadi mengabaikan dirinya serta menolak permintaannya. Perasaan tertolak dan terabaikan adalah perasaan yang menyakitkan bagi seorang perempuan, karena secara tidak disadari ia merasa dirinya tidak berhak menerima pemberian dari laki2. Dan secara tidak disadari juga telah menimbulkan perasaan takut ketika membutuhkan orang lain. Sehingga ia akan menghindari meminta bantuan dan pertolongan serta berusaha memahami perasaannya sendiri tanpa perlu meminta pertolongan pada laki2.
Ketika laki2 melihat perempuan menghindari meminta tolong kepadanya maka ia akan merasa gelisah dan marah dengan tindakan perempuan tersebut. Penyebabnya adalah adanya keyakinan yang salah pada perempuan bahwa perempuan tidak boleh meminta pertolongan kepada dirinya, karena tidak percaya kepada kemampuannya. Padahal yang mendorong laki2 untuk memberi dan terus memberi adalah perasaan dirinya bahwa orang lain membutuhkan dia.
Pada diri perempuan, ada anggapan bahwa laki2 marah padanya karena banyaknya permintaan padanya. Pemahaman seperti ini adalah keliru. Padahal sebenarnya ketika perempuan berhenti meminta pertolongan pada laki2 sama artinya dengan membuat laki2 menjadi kesal. Dalam pandangan laki2, dengan meminta pertolongan berarti perempuan percaya padanya dan mengharap dia mengerahkan upayanya untuk mewujudkan permintaan tersebut. Perasaan inilah yang membuat laki2 kuat dan mendorongnya lebih banyak memberi.
BELAJAR MEMBERI
Ketakutan yang paling dalam pada diri laki2 adalah adanya perasaan tidak kufu’ (seimbang). Untuk mengalahkan perasaan itu, ia harus konsentrasi pada pengembangan diri dan berusaha memperjuangkan hidup dan dirinya hingga sampai pada tingkatan yang seimbang. Sebagaimana perempuan takut untuk “menerima pemberian dan ditolak permintaannya”, maka laki2 takut untuk “memberi dan menawarkan”. Laki2 yang memberi pada perempuan berarti ia menanggung resiko gagal, dikritik atau tidak diterima oleh perempuan. Perempuan yang yang mengkritik atau tidak menerima sesuatu yang diberikan oleh laki2 akan melukai perasaan laki2, dan membuat ia menyembunyikan atau membatalkan keinginannya.
Agar laki2 mau belajar bagaimana memberi, maka ia harus mengetahui bahwa melakukan kesalahan dan kegagalan tidaklah apa-apa.
Kegagalan adalah syarat meraih keberhasilan, karena itu laki2 harus terdorong dan membiasakan diri untuk memberi dan menjauhi perasaan ketakutan tersebut. Sebab ketakutan itu hanya akan menghilangkan kesempatan berharga untuk bisa mendatangkan kebahagiaan pada diri dan orang yang dicintainya.
Tabiat perempuan sangat perasa. Ia merasa ditolak oleh laki2 ketika melihat laki2 tidak perhatian padanya, pada permintaanya dan kebutuhannya. Laki2 juga sangat perasa, ia akan merasa gagal ketika melihat perempuan banyak mengeluh padanya. Ketika perempuan mulai mengeluh, maka laki2 tidak siap memasang telinga untuk mendengarkan dengan baik, karena laki2 tidak senang mendengar keluhan tapi laki2 senang menjadi pahlawan dihadapan perempuan dan mendengarkan pujian darinya. Keluhan berarti kegagalan dan dalam waktu yang sama hal itu menguatkan ketakutan laki2 pada alam bawah sadarnya. Ketakutan itu juga akan menguatkan keyakinan ketidakseimbangan
dirinya. Perempuan tidak mengetahui bahwa laki2 juga membutuhkan cinta. Cinta akan mengangkat nilai dan arti laki2 dan membuat ia seimbang serta bisa mencukupi kebutuhan orang lain. Hal inilah yang mampu mendorong laki2 lebih mengerahkan upaya untuk selalu banyak memberi.
5. PERBEDAAN CARA BICARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
Ketika laki2 mengatakan sesuatu kepada perempuan maka jarang sekali perempuan memahami sebagaimana yang dikehendaki laki2, demikian juga sebaliknya. Contohnya : “Aku merasa sepertinya kamu sama sekali tidak mendengarkan yang aku katakan” sebenarnya perempuan tidak bermaksud mengatakan bahwa laki2 sama sekali tidak mendengarkan dia, ini hanyalah ungkapan dari puncak kekesalan
perempuan pada waktu itu.
Ketika perempuan berbicara, biasanya menggunakan kata tertentu dalam bicaranya, seperti menggunakan bentuk melebih-lebihkan, menyangatkan, kiasan atau bisa metafora. Inilah yang tidak bisa dipahami laki2. Karena itu, respon laki2 pada pernyataan tersebut akan sebanding atau bisa lebih besar dari maksud sebenarnya yang diucapkan oleh perempuan. Untuk menjelaskan perbedaan pemahaman ini, berikut contohnya:
Yang dikatakan perempuan:
1. Kita selalu dirumah, tidak pernah keluar sama sekali.
2. Aku lelah sama sekali, tidak bisa melakukan apa-apa.
3. Aku ingin melupakan segala-galanya.
4. Kamu tidak mencintaiku lagi.
5. Aku ingin merasakan kasih sayang dan cintamu.
Pemahaman dan jawaban laki2:
1. Ini bohong, minggu lalu kita sudah keluar.
2. Ini tidak masuk akal, kamu tidak diam terus.
3. Bila kamu tidak senang dengan pekerjaanmu ini, kamu harus mengajukan pengunduran diri.
4. Tentu saja aku mencintaimu, ini yang membuatku berada dihadapanmu.
5. Apakah maksudmu kasih sayang dan cintaku telah mati!?
Dari contoh terlihat, laki2 terbiasa mengungkapkan permasalahan dengan memilih kata2 yang sesuai dan dapat menjelaskan makna sesungguhnya. Karena itulah ketika ia mendengar perkataan perempuan yang menggunakan banyak kata dilebih-lebihkan, kiasan dan metafora, laki2 akan memahami perkataan tersebut sesuai teksnya, menganggap perkataan itu memiliki satu makna, tidak memiliki arti yang lain, dan setiap kata menurutnya juga memiliki makna yang sama. Disinilah awal terjadi permasalahan yang tidak mendasar tersebut.
Perkataan laki2 juga sulit dipahami oleh perempuan, biasanya makna yang dipahami perempuan berbeda dengan maksud sebenarnya. Dan sangat dimungkinkan tidak sesuai dengan keinginan perempuan. Hal ini juga akan menimbulkan permasalahan.
PERBEDAAN MENGAMBIL KEPUTUSAN
Realitas ilmiah mengatakan bahwa cara berpikir laki2 adalah dengan cara konsentratif atau memusat, sedangkan cara berpikir perempuan adalah dengan ekspansif atau menjelajah. Karena perempuan memiliki ciri menjelajah pada semua cakrawala, kadang terlihat ia bermusyawarah dengan orang lain dan meminta pendapatnya. Setelah bermusyawarah ia akan mengambil keputusan.
Laki2 dengan tabiat konsentrasinya akan bertindak berbeda sama sekali dengan perempuan. Ia akan berpikir sendiri setelah itu baru mengambil keputusan. Terkadang setelah itu ia akan menyampaikan pemikirannya kepada seseorang untuk dimusyawarahkan. Namun setelah musyawarah terkadang laki2 tetap pada pandangannya sendiri dan kadang ia bisa merubah sikapnya/keputusannya semula.
Tanpa memahami dan mengetahui perbedaan dalam mengambil keputusan ini bukan hal yang yang mustahil jika permasalahan muncul. Sungguh, bila laki2 mengambil keputusan lalu mengutarakannya kepada perempuan untuk meminta pendapatnya, perempuan akan merasa kesal dan marah, karena mengira laki2 tidak memperhatikan perasaan dan pendapatnya. Sebab menurut perempuan, keputusan laki2 sudah
final.
Sebenarnya laki2 tidak bermaksud berbuat seperti yang dipahami oleh perempuan. Buktinya ia mengupayakan musyawarah dengannya. Seandainya perempuan memiliki pendapat yang bisa merubah, maka laki2 siap untuk mendengarkan dan mendiskusikannya. Laki2 siap walaupun sampai merubah keputusannya apabila arah pandangan perempuan lebih benar. Laki2 akan menghargai jawaban perempuan, dan jawaban tersebut akan menjadi pertimbangan yang besar bagi laki2.
Ketika perempuan tetap saja diam dan tidak merespon laki2, maka laki2 akan berkeyakinan bahwa diamnya berarti setuju. Laki2 tidak tahu bahwa diamnya perempuan adalah upaya untuk mengembalikan kesadarannya yang telah hilang karena adanya serangan yang ia dengar, yaitu serangan egoisme laki2 yang dalam mengambil keputusan tidak mengikutsertakan perempuan.
Laki2 akan marah besar dengan cara perempuan yang “demokratis” dalam usaha mengambil keputusan. Karena proses ini menurut laki2 sangat lama dan menjemukan. Perempuan sebelum mengambil keputusan akan berusaha mendalami dan mencari pengetahuan tambahan. Inilah yang membuat laki2 menduga perempuan itu kadang bodoh, atau pura2 tidak tahu. Padahal sebenarnya perempuan, karena tabiatnya yang khas, ingin menyelami dan jauh masuk kedalam pokok permasalahan untuk mengetahui segala kemungkinan sebelum mengambil keputusan.
Contoh:
Suami: “Pameran buku akan dibuka hari kamis mendatang, aku yakin ini kesempatan tepat untuk mengunjunginya dan membaca-baca buku2
terbaru”.
Istri: “Aku tidak tahu itu, aku tidak memikirkan masalah tersebut”.
“Aku tidak tahu”, itulah ungkapan yang diucapkan istri untuk mengetahui lebih dalam permasalahan tersebut. Dia juga berusaha mengaitkan kunjungan tersebut dengan masalah kehidupan sehari-hari lainnya. Setelah itu baru mengeluarkan pendapat dan jawaban. Adapun yang dipahami laki2 dari perkataan “aku tidak tahu” adalah penolakan perempuan pada usulnya. Laki2 menyangka istrinya menolak pendapatnya dan ia akan berkata dalam hatinya: “Aku tidak senang perkataan itu. Ini proses yang bertele-tele. Bila ia tidak senang pergi mengapa tidak
mengatakan dengan jelas? Ia benar2 perempuan yang ingin berkuasa”.
Hal ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, alangkah baiknya bila perempuan mengatakan:
“Aku yakin ini pemikiran baik, namun aku butuh waktu untuk memikirkan permasalahan tersebut. Aku sungguh2 menghargaimu, aku harap kamu bersabar”, atau
“Kamu telah melontarkan pemikiran yang bagus, biarkan kami bicara dengan anak2 dan kita bisa mengetahui apakah mereka mau bepergian.”
atau,
“Sejak dulu kita tidak pernah pergi ke tempat yang seperti ini. Ini usul yang istimewa. Apakah kamu bisa memberi waktu kepadaku untuk berfikir sebelum kamu memutuskan hal itu?”
Jawaban2 tersebut akan menolong laki2 bersikap sabar dan membantunya terbebas dari permasalahan.
Sumber: myquran.com
Subscribe to:
Posts (Atom)