Pages

Showing posts with label Ibu. Show all posts
Showing posts with label Ibu. Show all posts

Oct 2, 2010

Cinta Sepanjang Masa (Kisah Khadijah r.a.)


Ia adalah wanita yang terus hidup dalam hati suaminya sampaipun ia telah meninggal dunia. Tahun-tahun yang terus berganti tidak dapat mengikis kecintaan sang suami padanya. Panjangnya masa tidak dapat menghapus kenangan bersamanya di hati sang suami. Bahkan sang suami terus mengenangnya dan bertutur tentang andilnya dalam ujian, kesulitan dan musibah yang dihadapi. Sang suami terus mencintainya dengan kecintaan yang mendatangkan rasa cemburu dari istri yang lain, yang dinikahi sepeninggalnya. (Mazin bin Abdul Karim Al Farih dalam kitabnya Al Usratu bilaa Masyaakil)


Suatu hari istri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain (yakni ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha) berkata, “Aku tidak pernah cemburu kepada seorang pun dari istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti cemburuku pada Khadijah, padahal aku tidak pernah melihatnya, akan tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menyebutnya.” (HR. Bukhari)

Ya, dialah Khadijah bintu Khuwailid bin Asad bin ‘Abdul ‘Uzza bin Qushai. Dialah wanita yang pertama kali dinikahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bersamanya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membina rumah tangga harmonis yang terbimbing dengan wahyu di Makkah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menikah dengan wanita lain sehingga dia meninggal dunia.

Saat menikah, Khadijah radhiyallahu ‘anha berusia 40 tahun sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berusia 25 tahun. Saat itu ia merupakan wanita yang paling terpandang, cantik dan sekaligus kaya. Ia menikah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tak lain karena mulianya sifat beliau, karena tingginya kecerdasan dan indahnya kejujuran beliau. Padahal saat itu sudah banyak para pemuka dan pemimpin kaum yang hendak menikahinya.

Ia adalah wanita terbaik sepanjang masa. Ia selalu memberi semangat dan keleluasaan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mencari kebenaran. Ia sendiri yang menyiapkan bekal untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau menyendiri dan beribadah di gua Hira’. Seorang pun tidak akan lupa perkataannya yang masyhur yang menjadikan Nabi merasakan tenang setelah terguncang dan merasa bahagia setelah bersedih hati ketika turun wahyu pada kali yang pertama, “Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Karena sungguh engkau suka menyambung silaturahmi, menanggung kebutuhan orang yang lemah, menutup kebutuhan orang yang tidak punya, menjamu dan memuliakan tamu dan engkau menolong setiap upaya menegakkan kebenaran.” (HR. Muttafaqun ‘alaih) (Mazin bin Abdul Karim Al Farih dalam kitabnya Al Usratu bilaa Masyaakil)

Pun, saat suaminya menerima wahyu yang kedua berisi perintah untuk mulai berjuang mendakwahkan agama Allah dan mengajak pada tauhid, ia adalah wanita pertama yang percaya bahwa suaminya adalah utusan Allah dan kemudian menyatakan keislamannya tanpa ragu-ragu dan bimbang sedikit pun juga.

Khadijah termasuk salah satu nikmat yang Allah anugerahkan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia mendampingi beliau selama seperempat abad, menyayangi beliau di kala resah, melindungi beliau pada saat-saat yang kritis, menolong beliau dalam menyebarkan risalah, mendampingi beliau dalam menjalankan jihad yang berat, juga rela menyerahkan diri dan hartanya pada beliau. (Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury di dalam Sirah Nabawiyah)

Suatu kali ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah beliau menyebut-nyebut Khadijah, “Seakan-akan di dunia ini tidak ada wanita lain selain Khadijah?!” Maka beliau berkata kepada ‘Aisyah, “Khadijah itu begini dan begini.” (HR. Bukhari)

Dalam riwayat Ahmad pada Musnad-nya disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “begini dan begini” adalah sabda beliau, “Ia beriman kepadaku ketika semua orang kufur, ia membenarkan aku ketika semua orang mendustakanku, ia melapangkan aku dengan hartanya ketika semua orang mengharamkan (menghalangi) aku dan Allah memberiku rezeki berupa anak darinya.” (Mazin bin Abdul Karim Al Farih dalam kitabnya Al Usratu bilaa Masyaakil)

Karenanya saudariku muslimah, jika engkau ingin hidup dalam hati suamimu maka sertailah dia dalam mencintai dan menegakkan agama Allah, sertailah dia dalam suka dan dukanya. Jadilah engkau seperti Khadijah hingga engkau kelak mendapatkan apa yang ia dapatkan. Sebagaimana yang diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, Jibril mendatangi nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, inilah Khadijah yang datang sambil membawa bejana yang di dalamnya ada lauk atau makanan atau minuman. Jika dia datang, sampaikan salam kepadanya dari Rabb-nya, dan sampaikan kabar kepadanya tentang sebuah rumah di surga, yang di dalamnya tidak ada suara hiruk pikuk dan keletihan.”

Saudariku muslimah, maukah engkau menjadi Khadijah yang berikutnya?

Maraji:

1.Rumah Tangga tanpa Problema (terjemahan dari Al Usratu bilaa Masyaakil) karya Mazin bin Abdul Karim Al Farih
2.Sirah Nabawiyah (terj) karya Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury
3.Al Quran dan Terjemahnya
***

Penyusun: Ummu Abdirrahman
Muroja’ah: ustadz Abu Salman

Sep 28, 2010

Muliakanlah Ibumu


Untuk yang kesekian kalinya hari ini seorang Ibu tua melintas di depan saya di sebuah supermarket besar di kota ini. Seorang Ibu yang berumur 70an berbelanja seorang diri dan menggunakan mobility scooter sebagai alat bantunya berjalan. Ketika ibu itu hendak membayar belanjaannya di kasir dia mengeluarkan sebuah kartu. Si kasirpun memintanya menekan nomor pin kartu tersebut, sayangnya nomor pin yang dipencet salah sehingga dia harus mengulanginya lagi dan wajah si ibu tua itu terlihat bingung ketika nomor pin yang dia tekan salah lagi. Sekilas saya melihat si kasir tidak sabar melayani ibu tua ini dan ibu tua ini terlihat bingung sendiri.

Kejadian di atas bukan kejadian yang pertama kali saya lihat, dimana orang tua yang sudah lanjut usia wara-wiri di jalan dengan mobility scooternya dan pemandangan itu sudah menjadi pemandangan yang umum di sini. Ada rasa miris dan kasihan di hati melihat pemandangan itu. Anak manakah yang tega membiarkan orang tuanya ke luar rumah sendiri? Pergi dan belanja seorang diri? Apakah memang seperti ini budaya di sini ataukah ada alasan lain? Pertanyaan itu selalu menari dalam pikiran saya.

Di lain waktu ketika sedang break perkuliahan, saya menemukan pandangan dari sisi lain tentang seorang ibu. Dosen saya yang berasal dari New Zealand menceritakan tentang ibunya. Dosen saya mengatakan dia sangat ingin memelihara ibunya yang sudah tua dan memintanya tinggal bersama dia, Namun ibu dari dosen saya menolak dengan alasan ingin lebih mandiri, bebas dan tidak ingin mengganggu kehidupan anaknya. Akhirnya, ibu dosen saya memutuskan untuk tinggal di nursing home.

Jika seorang ibu memang tidak mau tinggal dengan anak-anaknya maka si anak terlepas dari tindakan menyia-nyiakan orang tuanya dengan kondisi: si anak tetap menjenguk ibunya di nursing home dan tetap memenuhi kewajibannya secara moril dan materil karena sesungguhnya berbakti kepada kedua orang tua adalah kewajiban seorang anak. Sebagaimana firman Allah swt:

Dan Rabbmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah kamu membentak keduanya. Dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang mulia, dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih saying dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, sayangilah mereka keduanya sebagaimana keduanya telah menyayangi aku waktu kecil.” (QS. Al-Isra’: 23-24)

Dari ayat di atas dijelaskan bahwa berbakti kepada kedua orang tua menduduki peringkat kedua setelah mentauhidkan (meng-Esakan) Allah swt. Khususnya berbakti kepada ibu yang telah mengandung kita selama kurang lebih sembilan bulan serta membesarkan kita dengan penuh perjuangan. Maka, pantaskah kiranya jika seorang anak menelantarkan ibunya seorang diri?

Jika diingat lagi masa-masa seorang anak dilahirkan ke bumi ini maka akan terucaplah sebuah do’a yang tulus dari kedua orang tua agar si anak menjadi anak yang sholeh dan sholehah. Serta sebuah do’a dan harapan yang juga diberikan oleh sanak saudara dan kerabat yang menginginkan kita menjadi anak kebanggaan orang tua, tunas harapan orang tua di masa tua dan membahagiakan mereka di hari tua. Sebagaimana Allah swt berfirman:

"Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun; (dengan yang demikian) bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu bapamu; dan (ingatlah), kepada Akulah jua tempat kembali (untuk menerima balasan)" (QS. Luqman:14)

Dengan demikian, jika ingin mendapatkan surga Allah swt dan jika ingin mendapatkan kebajikan maka harus mendahulukan ama-amal yang paling utama di antaranya birrul walidain (berbakti kepada orang tua). Dan jika orang tua kita sudah meninggal dunia, maka do’akan lah mereka karena do’a anak yang sholeh dan sholehah akan menjadi jembatan bagi orang tua menuju surga Allah swt, sebagaimana Rasulullah saw bersabda, “Apabila seorang anak Adam meninggal maka terputuslah amalnya kecuali karena tiga hal,(yaitu) Shadaqah jariyah, Ilmu yang bermanfaat, dan Anak saleh yang mendoakannya.” (HR.Muslim)

Note:
Dalam hal ini yanti belum berhasil mengambil foto seorang Ibu/Orang tua lansia yang memakai moblity scooter karena orang-orang di sini sangat sensitif jika di foto. Jika mereka tau kita mengambil foto mereka tanpa ijin, bisa-bisa kita dimarahi/dikenai protes. Namun ynt menemukan sebuah foto di internet, seorang Ibu tua dengan mobility scooternya yang mirip dengan yang umumnya ynt lihat di sini, jadi setidaknya teman-teman yang membaca bisa tau gambarannya seperti apa.

Sep 15, 2010

The Story of the One-Eyed Mother


My mom only had one eye.
I hated her... she was such an embarrassment...
She cooked for students & teachers...to support the family.
There was this one day during elementary school and my mom came.
I was so embarrassed. How could she do this to me?
I threw her a hateful look and ran out.

The next day at school...
"Your mom only has one eye?!?!"...eeeee said a friend.
I wished my mom would just disappear from this world.
So I said to my mom, "Mom... Why don't you have the other eye?!
If you're only gonna make me a laughing stock, why don't you just
die?!!!"

My mom did not respond...
I guess I felt a little bad, but at the same time, it felt good to
think that I had said what I'd wanted to say all this time...
Maybe it was because my mom hadn't punished me, but I didn't think
that I had hurt her feelings very badly.

That night...
I woke up, and went to the kitchen to get a glass of water.
My mom was crying there, so quietly, as if she was afraid that she
might wake me.
I took a look at her, and then turned away.
Because of the thing I had said to her earlier, there was something
pinching at me in the corner of my heart.
Even so, I hated my mother who was crying out of her one eye.
So I told myself that I would grow up and become successful.

Then I studied real hard. I left my mother and went to Singapore to
study.

Then, I got married. I bought a house of my own. Then I had kids,
too...
Now I'm living happily as a successful man.
I like it here because it's a place that doesn't remind me of my mom.

This happiness was getting bigger and bigger, when...

What?! Who's this?!
It was my mother...Still with her one eye.
I felt as if the whole sky was falling apart on me.
Even my children ran away, scared of my mom's eye.
And I asked her, "Who are you?!" "I don't know you!!!" as if trying to
make that real.
I screamed at her, "How dare you come to my house and scare my
children!"
GET OUT OF HERE! NOW!!!"

And to this, my mother quietly answered, "Oh, I'm so sorry.
I may have gotten the wrong address,"
and she disappeared out of sight.

Thank goodness... She doesn't recognize me. I was quite relieved.
I told myself that I wasn't going to care, or think about this for the
rest of my life.
Then a wave of relief came upon me...

One day, a letter regarding a school reunion came to my house in
Singapore.
So, lying to my wife that I was going on a business trip, I went. After
the reunion, I went down to the old shack, that I used to call a
house... Just out of curiosity

There, I found my mother fallen on the cold ground. But I did not shed
a single tear.
She had a piece of paper in her hand....It was a letter to me.

"My son...
I think my life has been long enough now...
And... I wont visit Singapore anymore...
But would it be too much to ask if I wanted you to come visit me once
in a while? I miss you so much..
And I was so glad when I heard you were coming for the reunion. But I
decided not to go to the school.
For you...
And I'm sorry that I only have one eye, and I was an embarrassment for
you.

You see, when you were very little, you got into an accident, and lost
your eye.
As a mom, I couldn't stand watching you having to grow up with only one
eye...
So I gave you mine...
I was so proud of my son that was seeing a whole new world for me, in
my place, with that eye.
I was never upset at you for anything you did..
The couple times that you were angry with me.. I thought to myself,
'It's because he loves me..'
My son... Oh, my son... "

This message has a very deep meaning and is passed to remind people of
the goodness they have enjoy was because of others directly or
indirectly.
Pause a moment and consider your life!
Be thankful of what you have today compared to many millions who do not live
lives as you do!

Do spend some time in prayer for your mum out there!

Reference: http://gamevision.spaces.live.com/blog/cns
***


Ibuku hanya memiliki satu mata.
Aku membencinya… dia sungguh membuatku menjadi sangat memalukan.

Dia bekerja memasak buat para murid dan guru di sekolah… untuk menopang
keluarga.
Ini terjadi pada suatu ketika aku duduk di sekolah dasar dan ibuku datang.
Aku sungguh dipermalukan. Bagaimana bisa ia tega melakukan ini padaku? Aku
membuang muka dan berlari meninggalkannya saat bertemu dengannya.

Keesokan harinya di sekolah…

"Ibumu bermata satu?!?!�?…. eeeee ejek seorang teman.
Akupun berharap ibuku segera lenyap dari muka bumi ini.

Jadi kemudian aku katakan pada ibuku, "Ma… kenapa engkau hanya memiliki satu
mata?! Kalau engkau hanya ingin aku menjadi bahan ejekan orang-orang ,
kenapa engkau tidak segera mati saja?!!!�?

Ibuku diam tak bereaksi.

Aku merasa tidak enak, namun disaat yang sama, aku rasa aku harus mengatakan
apa yang ingin aku katakan selama ini… Mungkin ini karena ibuku tidak pernah
menghukumku, akan tetapi aku tidak berfikir kalau aku telah sangat melukai
perasaannya.

Malam itu…

Aku terjaga dan bangun menuju ke dapur untuk mengambil segelas air minum.
Ibuku sedang menangis disana terisak-isak, mungkin karena khawatir akan
membangunkanku. Sesaat kutatap ia, dan kemudian pergi meninggalkannya.

Setelah aku mengatakan perasaanku sebelumnya padanya, aku merasa tidak enak
dan tertekan. Walau demikian, aku benci ibuku yang menangis dengan satu
mata. Jadi aku bertekad untuk menjadi dewasa dan menjadi orang sukses .

Kemudian aku tekun belajar. Aku tinggalkan ibuku dan melanjutkan studiku ke
Singapore.

Kemudian aku menikah. Aku membeli rumahku dengan jerih payahku. Kemudian,
akupun mendapatkan anak-anak, juga.

Sekarang aku tinggal dengan bahagia sebagai seorang yang sukses. Aku
menyukai tempat tinggal ini karena tempat ini dapat membantuku melupakan
ibuku.

Kebahagiaan ini bertambah besar dan besar, ketika…

Apa ?! Siapa ini?!

Ini adalah ibuku… Masih dengan mata satunya. Aku merasa seolah-olah langit
runtuh menimpaku. Bahkan anak-anakku lari ketakutan melihat ibuku yang
bermata satu.

Aku bertanya padanya, "Siapa kamu?!. Aku tidak mengenalmu!!!
kukatakan seolah-olah itu benar. Aku memakinya, "Berani sekali kamu datang
ke rumahku dan menakut-nakuti anak-anakku! KELUAR DARI SINI!! SEKARANG
JUGA!!!

Ibuku hanya menjawab, "Oh, maafkan aku. Aku mungkin salah alamat.
Kemudian ia berlalu dan hilang dari pandanganku.

Oh syukurlah… Dia tidak mengenaliku. Aku agak lega. Kukatakan pada diriku
kalau aku tidak akan khawatir, atau akan memikirkannya lagi. Dan akupun
menjadi merasa lebih lega…

Suatu hari, sebuah undangan menghadiri reuni sekolah dikirim ke alamat
rumahku di Singapore. Jadi, aku berbohong pada istriku bahwa aku akan
melakukan perjalanan dinas. Setelah menghadiri reuni sekolah, aku
mengunjungi sebuah gubuk tua, dulu merupakan rumahku… Hanya sekedar ingin
tahu saja.

Di sana , aku mendapati ibuku terjatuh di tanah yang dingin. Tapi aku tidak
melihatnya ia mengeluarkan air mata. Ia memegang selembar surat ditangannya…
Sebuah surat untukku.

"Anakku…
Aku rasa hidupku cukup sudah kini…
Dan… aku tidak akan pergi ke Singapore lagi…
Tapi apakah ini terlalu berlebihan bila aku mengharapkan engkau yang datang
mengunjungiku sekali-kali? Aku sungguh sangat merindukanmu…

Dan aku sangat gembira ketika kudengar bahwa engkau datang pada reuni
sekolah . Tapi aku memutuskan untuk tidak pergi ke sekolahan. Demi engkau …

Dan aku sangat menyesal karna aku hanya memiliki satu mata, dan aku telah
sangat memalukan dirimu.

Kau tahu, ketika engkau masih kecil, engkau mengalami sebuah kecelakaan, dan
kehilangan salah satu matamu. Sebagai seorang ibu, aku tidak bisa tinggal
diam melihat engkau akan tumbuh besar dengan hanya memiliki satu mata. Jadi
kuberikan salah satu mataku untukmu…

Aku sangat bangga akan dirimu yang telah dapat melihat sebuah dunia yang
baru untukku, di tempatku, dengan mata tersebut. Aku tidak pernah merasa
marah dengan apa yang kau pernah kau lakukan… Beberapa kali engkau
memarahiku…

Aku berkata pada diriku, 'Ini karena ia mencintaiku'

Teman-temanku…

Pesan (di atas) ini sungguh memiliki sebuah arti yang sangat mendalam dan
dikirim untuk mengingatkan banyak orang bahwa kebaikan yang telah mereka
nikmati selama ini adalah berkat seseorang, entah secara langsung maupun
tidak langsung.

Renungkan sesaat dan lihatlah dirimu!.

Berterima kasihlah akan apa yang kamu miliki saat ini dibandingkan dengan
jutaan orang yang tidak memiliki kehidupan seperti yang engkau peroleh saat
ini !

"Bawalah (selalu) ibumu dalam doa di mana saja engkau berada."

Sumber: http://www.mail-archive.com/satgana@yahoogroups.com/msg00117.html

Sep 4, 2010

Daddy's Little Girl



He drops his suitcase by the door
She knows her daddy won't be back anymore
She drags her feet across the floor
Tryin' to hold back time, to keep him holdin' on

And she says, "Daddy, Daddy, don't leave
I'll do anything to keep you
Right here with me
Can't you see how much I need you??

Daddy, Daddy, don't leave
Mommy's sayin' things she don't mean
She don't know what she's talkin' about
Somebody hear me out?

"Father, listen
Tell him that he's got a home
And he don't have to go
Father, save him
I would do anything in return?

I'll clean my room, try hard in school
I'll be good, I promise You
Father, Father, I pray to You"

Now she hasn't slept in weeks
She don't wanna close her eyes
'Cause she's scared that he'll leave
They tried just about everything
But it's gettin' harder now for him to breathe

And she say, "Daddy, Daddy don't leave
I'll do anything to keep you
Right here with me
Can't you see how much I need you??

Daddy, Daddy, don't leave
The doctors are sayin' things they don't mean
They don't know what they're talkin' about
Somebody hear me out?

"Father, listen
Tell him that he's got a home
And he don't have to go
Father, save him
I would do anything in return?

I'll clean my room, try hard in school
I'll be good, I promise You
Father, Father, I pray to You?

"Please don't let him go, I'm beggin' You so
Let him open eyes, need a little more time
To tell him that I love him more
Than anything in the world, it's daddy little girl

"Father, listen
Tell him that he's got a home
And he don't have to go
Father, save him
I would do anything in return?

I'll clean my room, try hard in school
I'll be good, I promise You
Father, Father"

She was daddy's little girl
****

This song is dedicated to my beloved father.
the most adorable person in my life and my family.
I love you Dad, love you so much..
(From your little girl)

Aug 14, 2010

My Mother is My Hero

Ibuku kecil bukanlah seorang yang terlahir dari keluarga kaya dan berdarah biru, ibuku hanyalah seorang manusia biasa yang berdarah minang dan terlahir dari keluarga petani dari dusun negeri tertinggal.


Ibuku kecil bukanlah seorang yang memiliki nama tambahan di belakang namanya, ibuku tidak memiliki Amd, ST, Msc, apalagi DR didepan namanya, bahkan ibuku hanya bergelar seorang anak yang hanya mencicipi manisnya bangku sekolah rakyat nan merakyat.


Ibuku kecil bukanlah seorang wanita bernama indah bak indahnya warna pelangi, ibuku tak pernah marah kepada matahari yang membakar kulitnya, ibuku tak pernah kasar kepada sawah yang menarik nya untuk berlari.....


Ibuku kecil bukanlah seorang anak yang mengenal manja, seorang anak yang merengek minta dibelikan boneka,bahkan sepasang sepatu pun tak pernah terbelikan, bagai mimpi panjang yang tak pernah berujung,


Ibuku remaja tak dilindungi oleh rumah nan megah, ia hanya ditutupi oleh gubug-gubug nan reot, seolah tanah pun enggan menopangnya.


Ibuku remaja bukanlah seorang pemudi berseri-seri, menari-nari diatas kesenangan indahnya masa remaja, ibuku adalah seorang pemudi berhenti berdiri, kembali berlari mengantarkan serantang nasi ke sawah, dan membawa pulang segantang beras sebagai upah.

Ibuku remaja bukanlah pemudi yang ditemani dengan rias-rias wajah nan elok, kulitnya hanya teroleskan keringat, bedak wajah adalah kilauan sengatan matahari menantang, tubuhnya kurus menjulang, garis wajahnya nan jelas bak mendulang.


Ibu menangislah hatiku, jantungku terhujam, ketika kau menangis menggambarkan rinci kehidupan kecil mu nan pilu. Ibu aku bangga denganmu. Biarpun orang menertawakan mu dulu, biarpun orang mengucilkan mu dulu, kini aku memuji mu ibu, aku menyanjung mu ibu, aku dan putra-putri mu yang lain adalah bukti perjuangan mu, bukti kegigihan mu.


Keringatmu adalah dzikirmu.Tintamu bukanlah emas ataupun perak.Ilmu adalah tanganmu, kakimu, dan ketegaranmu.

Kaulah bidadari sesungguhnya wahai ibu.Darah mu adalah darah mulia bagiku.Gelar mu adalah gelar dimata di Tuhan sebagai manusia yang tegar.Kecantikanmu adalah ketegaran dan perjuanganmu.


Ibu, Sekarang tataplah dinding-dinding rumah kita, Rumah kita tidaklah megah, tapi kini gubug-gubug itu telah pergi, tanahpun dengan senang menopang rumah kita, sekalipun kini rantau menahan kita, tataplah jajaran foto-foto dirimu dan anak-anakmu, terpampang dengan senyum bangga putera-puteri mu dengan sebuah Toga dan tangan melilit sebuah bukti kelulusan, bukan...ini bukanlah milik kami, ini adalah milik mu Ibu.


Ibu tataplah kembali, hiburlah dirimu, lihatlah dalam sebuah bingkai dirimu tersenyum diatas sebuah unta ditemani oleh Ayahku Juara bagiku didunia ini. Ingatlah kembali setiap lembar perjalanan mu ke tanah nan indah lagi suci.

Biarlah orang-orang menatap wujud perjuanganmu.


Ibu Tersenyumlah, engkau lah PahlawanKu.


Sumber: riosyams.blogspot.com

Durhaka Kepada Orang Tua Termasuk Dosa Besar

Oleh: Ummu Salamah

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda.

“Dosa besar itu adalah syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa seseorang, dan sumpah palsu” [HR. Al-Bukhari]

Dari Abu Bakrah Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, “Pernah disebutkan dosa-dosa besar di dekat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda:

“Syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.’ Dan beliau bersandar lalu beliau duduk seraya berkata, ‘Dan kesaksian palsu atau ucapan dusta” [Muttafaq ‘alaih]

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda.

“Yang termasuk dosa besar adalah celaan seseorang terhadap kedua orang tuanya”

Mereka bertanya.

“Wahai Rasulullah, apakah ada orang yang mencela kedua orang tuanya?”

Beliau menjawab.

“Ya, seseorang mencela ayah orang lain, maka berarti dia telah mencela ayahnya sendiri. Dan dia mencela ibu orang itu berarti dia telah mencela ibunya sendiri” [HR. Bukhari dan Muslim]

Dari al-Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda.

“Sesungguhnya Allah Ta’ala mengharamkan kalian untuk durhaka kepada ibu-ibu kalian, man’an wa haatin (menolak kewajiban dan menuntut yang bukan haknya), mengubur hidup-hidup anak perempuan. Dan Allah membenci kalian dalam hal menyebar kabar yang tidak benar, banyak meminta-minta, dan menyia-nyiakan harta.”[HR. Al-Bukhari dan Muslim]

Imam Ahmad meriwayatkan dari hadits Abud Darda’ dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda.

“Tidak akan masuk Surga orang yang durhaka, pecandu khamr, dan orang yang mendustakan takdir.”

Ini adalah hadits hasan sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab ash-Shahiih al-Musnad mimmaa Laisa fii ash-Shahiihain.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

“Tidak ada yang berbicara di dalam buaian, kecuali hanya tiga orang, yaitu: ‘Isa putera Maryam, bayi yang menyelamatkan Juraij. Juraij adalah seorang yang taat beribadah. Dia membangun tempat ibadah dan dia selalu berada di dalamnya.

Suatu saat, ibunya datang sedang dia tengah mengerjakan shalat. Sang ibu berkata, ‘Hai Juraij.’ Juraij berkata (di dalam hati), ‘Ya Rabb-ku, ibuku atau aku teruskan shalatku?’

Lalu dia meneruskan shalatnya sedang ibunya kembali pulang. Dan pada keesokan harinya ibunya datang lagi dan dia pun tengah mengerjakan shalat. Ibunya memanggil, ‘Hai Juraij.’ Juraij pun berkata (di dalam hati), ‘Ya Rabb-ku, ibuku atau aku teruskan shalatku?’ Maka ia tetap meneruskan shalatnya.

Dan pada hari berikutnya, ibunya datang lagi pada waktu Juraij tengah mengerjakan shalat. Maka ibunya pun memanggil, ‘Hai Juraij.’ Juraij pun berkata, ‘Wahai Rabb-ku, ibuku atau aku teruskan shalatku?’

Lalu dia tetap meneruskan shalatnya. Maka ibunya berdo’a, ‘Ya Allah, janganlah Engkau mematikannya sehingga dia melihat wajah (berurusan dengan) pelacur.’

Kemudian orang-orang Bani Israil memperbincangkan Juraij ini dan ibadahnya. Pada waktu itu ada seorang wanita pelacur yang kecantikannya menjadi idola. Pelacur itu berkata, ‘Seandainya kalian menghendaki, niscaya aku sanggup menguji Juraij.’

Kemudian wanita itu datang dan mengganggu Juraij, tetapi dia tidak sedikit pun menoleh kepadanya.

Selanjutnya wanita itu datang kepada seorang penggembala dan mengajaknya ke tempat ibadah Juraij dengan menyerahkan diri kepada penggembala itu untuk dizinai. Dan penggembala kambing itu pun mau memenuhi ajakan wanita tersebut hingga akhirnya wanita itu hamil. Ketika wanita itu melahirkan seorang bayi, dia berkata, ‘Bayi ini adalah hasil hubunganku dengan Juraij.’

Kemudian orang-orang Bani Israil itu datang kepada Juraij dan memaksanya untuk turun, lalu mereka menghancurkan tempat ibadahnya itu serta memukulinya. Juraij berkata, ‘Mengapa kalian berbuat seperti ini?’

Mereka menjawab, ‘Engkau telah berbuat zina dengan pelacur itu sehingga dia melahirkan seorang bayi dari dirimu.’ Juraij bertanya, ‘Mana bayi itu?’

Mereka membawa anak bayi itu dan Juraij berkata, ‘Tunggu dulu, saya akan mengerjakan shalat.’

Juraij pun shalat dan setelah selesai, Juraij datang kepada bayi itu, lalu dia tekan perut bayi tersebut sambil bertanya, ‘Wahai bayi, siapakah bapakmu?’ Bayi itu menjawab, ‘Si Fulan, seorang penggembala.’

Kemudian orang-orang Bani Israil itu menerima perkataan Juraij, lalu mencium dan meminta maaf kepada Juraij seraya berkata, ‘Kami akan membangunkan sebuah tempat ibadah dari emas untukmu.’

‘Jangan, bangunkan kembali tempat ibadahku dari tanah seperti semula,’ sahut Juraij. Maka mereka pun membangunkan tempat ibadah untuk Juraij.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

Anehnya, sekarang ini kita menyaksikan sebagian pemuda yang begitu tunduk kepada isteri mereka, sementara mereka durhaka kepada ibu mereka. Dan mereka tidak menyadari bahwasanya akan datang suatu hari dimana mereka akan membutuhkan bakti anak-anak mereka, sebagaimana orang tua mereka sekarang membutuhkan bakti mereka kepadanya. Dan balasan itu akan didapat seperti apa yang dikerjakan.

Betapa indahnya ungkapan orang yang berkata:

Kunjungilah kedua orang tuamu dan berdirilah di atas kuburan mereka
Seakan-akan diriku telah engkau bawa ke tempat itu

Jika engkau berada di mana mereka berada dan keduanya ada di akhirat
Niscaya keduanya akan mengunjungimu dengan merangkak dan bukan berjalan di atas kedua kakinya

Dosa mereka berdua tidak akan beralih kepadamu dan cukup lama
Mereka mencurahkan cinta yang murni dari dalam lubuk hati mereka

Jika keduanya melihat rintangan menghadangmu maka keduanya
Akan merasa sedih atas keluhanmu dan terasa sesak oleh keduanya.

Dan jika keduanya mendengar rintihanmu, maka mereka mencucurkan
Air mata di pipi mereka karena kasihan kepadamu

Keduanya berharap agar engkau menemukan ketenangan
Dengan semua yang meliputi harta milik mereka.

Engkau pasti akan menemuinya esok atau lusa
Sebagaimana mereka telah menemui kedua orang tua mereka

Hendaklah engkau mendahulukan baktimu kepada mereka,
Sebagaimana mereka telah mendahulukan dirimu atas diri mereka.[1]

[Disalin dari buku Al-Intishaar li Huquuqil Mu’minaat, Edisi Indonesia Dapatkan Hak-Hakmu Wahai Muslimah, Penulis Ummu Salamah As-Salafiyyah, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Penerjemah Abdul Ghoffar EM]
________
Footnote
[1]. Kitab al-Birr wash Shilaah, hal. 137, karya Ibnul Jauzi.