Pages

Jul 14, 2010

HATI-HATI DENGAN SMS

Masih seringnya bertemu kembali dengan dirinya di sekolah, atau di suatu organisasi dengan dia yg pernah mengobrak-abrik pertahanan dinding hati, biasanya akan menjadi siksa batin yg teramat berat bila tidak disikapi dgn hati dan pikiran yg sehat. Walaupun sudah berkomitmen untuk melupakannya, namun tidak semudah kita mengucapkannya,saya sangat menyadari ini.

Jika engkau pernah merasakan cinta monyet ini, dan sudah merasakan pahitnya derita cinta model ini, dan jika tidak ingin terjerumus kedua kalinya, maka saya sarankan hati-hatilah dengan komunikasi dua arah yg menggunakan media digital atau SMS ini.

Perhatikanlah kasus berikut:

SMS 1.

Akhwat : “Akhi, bagaimana kabar antum? Kapan antum balik kesini?”
Ikhwan : “ Alhamdulillah saya sehat2 saja. Insya Allah senin depan saya kembali. Ukhti sendiri sehat? Memang ada apa ya ukh ?”
Akhwat : “Alhamdulillah saya jg sehat2 saja, akh. Ya, tidak ada apa-apa. Cuma mau tanya saja, bgmn kelanjutan rapat kemarin. Kapan kita akan rapat lagi ya Akh?”

SMS 2.

Akhwat : “Assalamualaikum akh, kapan kita akan rapat lagi?”
Ikhwan : “Waalaikum salam, insa Allah senin depan bisa”.

Sekilas, kalau dilihat antara sms 1 dan sms 2 hanya berbeda jumlah kata dan tarif pulsa untuk sms. Namun, dari situlah sebenarnya kita patut waspada. Terkadang sms-sms itulah yg akan menjadi celah bagi setan untuk menebarkan kembali ranjau – ranjaunya.

“Akhi, bagaimana kabar antum? Kapan antum balik kesini?”, adalah sebuah ungkapan yg terkesan sederhana tapi menyimpan sejuta makna. Terkesan seperti seseorang yg mengkhawatirkan keadaan kekasihnya. Padahal engkau sudah berniat melupakan dirinya, tp kenapa smsmu seperti sms seorang kekasih..?

Sungguh, kekuatan kata memiliki dampak yg luarbiasa. Engkau tidak perlu bertele-tele menanyakan hal tentang dirinya jika maksud sebenarnya hanya ingin bertanya kapan rapat berlangsung. Karena itu bila dengan 5 kata saja informasi sudah cukup jelas, kenapa harus dengan 8 atau 10 kata? Bukankah sisanya merupakan kemubaziran?

Tidak usah basa-basi, langsung saja dengan pertanyaa ke sasaran: “akh, kapan kita akan rapat lagi?”, bukankah itu sudah sangat jelas? Jadi tidak perlu dgn menanyakan dirinya jika memang engkau tidak mau terulang lagi dengan derita cinta monyet itu.
Bagaimana, engkau setuju…????
---------------------------------------------------------------------------

SILATURAHMI TANPA HENTI

Orang bilang anak kecil itu kalau sudah ngambek, lama sembuhnya. Padahal tidak selalu begitu. Sebetulnya yg mengambek lama itu justru orang dewasa dan orang tua. Kalau tidak percaya, coba saja lihat di sekelilingmu.
Misalkan dua anak kecil, namanya Ali dan Rudi, berkelahi memperebutkan sebuah mainan. Salah satu anak itu kemudian menangis. Biasanya, yg kemudian terjadi adalah permusuhan diantara kedua orang tuanya, kadang sampai berlarut-larut, apalagi kalau ada anak yg terluka. Maka ekspresi dan luapan kemarahan bisa lama bahkan berhari hari. Padahal beberapa jam kmudian setelah berkelahi, Ali dan Rudi sudah kembali tertawa ceria dan bermain bersama. Sejam lalu berkelahi, sejam kemudian sudah berkejar-kejaran.

Lalu, apa hubungan cerita Ali dan Rudi dengan derita cinta monyet yg pernah engkau dapatkan ? Sahabat, biasanya seseorang yg baru pertama kali jatuh cinta berkisar umur 14 tahun sampai 18 tahun. Yaitu masa-masa pertama kali masuk jenjang SMP dan SMA. Jika salah seorang diantara mereka jatuh cinta dan kemudian patah hati, maka akan berlanjut sikap diam-diaman selama beberapa bulan, bahkan bertahun tahun. Tidak saling menegur, tidak saling menyapa, ketemu dijalan juga seolah-olah tidak melihat. Dan hal itu trjadi hanya karena mereka tidak bisa membingkai cinta monyet mereka selamanya.

Namun, apakah hanya karena ini silaturahmi harus terputus? Engkau malu bertemu dengan dia? Tiada tegur sapa berbulan-bulan hingga tiga turunan? Duh sahabatku, alangkah sempitnya engkau melihat dunia kalau begitu?

Karena itu jadikanlah cinta monyet itu sebuah pelajaran berharga, yang dapat engkau aplikasikan saat ini yaitu saat engkau sudah dewasa, sudah matang, dan sudah siap untuk menjemput pujaan baru. Dan saya berharap semoga silaturahmi juga tidak akan terputus, dan engkaupun akan mampu berkata padanya: “ Engkau tetap saudaraku. Engkau tetap sahabatku. Karena persahabatan dan persaudaraan yg kita bina bukan lantaran materi. Kita bersahabat, berteman dan bersaudara karena Allah. Dan tiada pernah terputus kecuali atas izin Allah”.

Tiada dendam, tiada sakit hati apalagi benci..!!! BAgaimana setuju..??

Jabat erat dan salam hangat,semoga bermanfaat..
Wassalam..

Shared by: Renungan dan Motivasi : Ifta Istiany Notes

No comments: